1
1

Pilih KPR Bunga Fixed atau Floating? Begini Kelebihan dan Kelemahannya

Ilustrasi. | Foto: Freepik/jcomp

Media Asuransi, JAKARTA – Kebutuhan memiliki rumah merupakan kebutuhan dasar manusia, terlebih bagi keluarga yang baru menikah dan sudah terpisah dari keluarga orang tua. Namun memiliki rumah tentu tidak mudah karena tidak murah, terlebih di daerah perkotaan di kisaran harga Rp800 juta hingga miliaran rupiah.

Lembaga keuangan seperti bank menawarkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk mereka yang ingin memiliki rumah. Dengan KPR, kamu masuk dalam skema pembiayaan dalam pembelian rumah yang bisa dibayar dengan cara mencicil hingga masa kredit tertentu. Dengan KPR, semua orang jadi punya kans untuk punya rumah meski tidak punya uang senilai harga rumah.

Bank sendiri memberikan dua pilihan bagi para pengaju permohonan KPR, yaitu KPR dengan bunga fixed dan KPR dengan bunga floating atau mengambang.

Dikutip dari situs PT Bank OCBC NISP Tbk KPR, dijelaskan, bunga fixed KPR adalah skema suku bunga yang besarnya tetap dan tidak berubah selama periode tertentu, biasanya 1–5 tahun pertama masa kredit.

|Baca juga: Jangan Berangkat Dulu, Ini 5 Persiapan Wajib Sebelum Liburan ke Luar Negeri

Selama periode ini, cicilan per bulan selalu sama meskipun suku bunga acuan di pasar sedang naik atau turun. Stabilitas ini membuat pengaturan keuangan lebih mudah karena tidak ada kejutan dalam jumlah pembayaran.

Sementara itu, bunga floating KPR adalah skema suku bunga yang besarannya mengikuti perubahan kondisi pasar, terutama acuan seperti BI Rate atau kebijakan suku bunga bank.

Artinya, cicilan per bulan bisa naik atau turun sesuai pergerakan bunga di periode tertentu. Jika suku bunga pasar turun, cicilan ikut turun; jika suku bunga naik, cicilan pun ikut meningkat.

Panduan Memilih KPR Bunga Fixed/Floating

Bunga fixed itu biasanya ditawarkan sebagai promo untuk produk KPR tertentu, yang bisa didapat dalam beberapa tahun saja, seperti 5 tahun pertama. Meski begitu, ada beberapa produk KPR yang memang menawarkan bunga fixed hingga lunas.

Lalu bagaim ana memilih antara kedua skema bunga tersebut? Sebaiknya disesuaikan dengan profil dan kondisi keuanganmu. Berikut panduannya!

  1. Pendapatan Tetap dan Ingin Stabil > Fixed

Seseorang yang punya penghasilan tetap setiap bulan biasanya perlu cicilan yang juga stabil agar pengaturan arus kas tidak goyah. Skema bunga fixed memberi kepastian karena cicilan tidak berubah sepanjang periode bunga tetap.

Situasi ini sangat membantu untuk menjaga disiplin finansial, terutama kalau ada komitmen lain seperti biaya sekolah anak, cicilan kendaraan, atau kebutuhan rumah tangga yang sudah terjadwal.

  1. Pendapatan Fleksibel > Floating

Kalau penghasilan cenderung fluktuatif, skema floating bisa lebih sesuai karena ada kesempatan mendapatkan cicilan lebih rendah saat pasar sedang turun.

|Baca juga: Ini 3 Langkah Praktis Menyusun Bujet Liburan

Dengan pendapatan yang fleksibel, risiko naik turunnya bunga lebih mudah disesuaikan dibanding seseorang yang pendapatannya tetap.

Keuntungan bunga turun juga lebih “terasa” untuk mereka dengan pemasukan fleksibel, karena kelebihan dana bisa dialihkan ke tabungan, investasi, atau percepatan pelunasan KPR.

  1. Ingin Perencanaan Jangka Pendek–Menengah > Fixed

Bunga fixed sangat cocok untuk seseorang yang ingin memastikan cicilan stabil dalam beberapa tahun pertama, misalnya 1–5 tahun. Masa awal KPR biasanya adalah periode paling krusial karena banyak pengeluaran lain yang muncul bersamaan, seperti renovasi rumah, pengadaan furnitur, atau penyesuaian gaya hidup.

Dengan cicilan yang pasti, rencana keuangan jangka pendek–menengah jadi lebih aman dan tidak perlu menyesuaikan diri dengan kondisi pasar. Setelah masa fixed berakhir, baru bisa dipertimbangkan untuk melanjutkan ke floating atau melakukan refinancing.

  1. Siap Risiko Bunga Naik/Turun > Floating

Skema floating cocok untuk seseorang yang mampu menghadapi ketidakpastian karena cicilan berubah mengikuti kondisi pasar. Ada peluang besar untuk menghemat ketika suku bunga acuan sedang turun, tetapi ada juga risiko cicilan melonjak ketika pasar sedang ketat.

Seseorang yang memilih floating harus siap dengan skenario terburuk, misalnya menyiapkan dana cadangan atau buffer keuangan agar kondisi rumah tangga tetap aman kalau cicilan naik.

Editor: Irdiya Setiawan

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Menpar Dorong Pengelola Destinasi Wisata Sajikan Pelayanan Prima
Next Post OJK Terbitkan Aturan Penyelenggaraan BNPL

Member Login

or