1
1

PMI Indonesia pada Mei 2022 Turun ke Posisi Terendah dalam 9 Bulan

Para pekerja pabrik Konveksi sedang melakukan produksi. | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – Kepercayaan bisnis turun ke posisi terendah dalam tiga bulan pada Mei 2022 yang tecermin dari penurunan Indeks PMI S&P Global Indonesia.

Menurut data terkini PMI™ S&P Global, sektor manufaktur Indonesia menunjukkan pelemahan pada keseluruhan kondisi pengoperasian pada bulan Mei. Output manufaktur sedikit turun di tengah gangguan rantai pasokan, dengan waktu pengiriman rata-rata terus diperpanjang pada bulan Mei, yang juga menyebabkan kenaikan baru pada penumpukan pekerjaan.

Sementara itu, total bisnis baru dan ketenagakerjaan juga berekspansi pada kisaran lambat dibandingkan dengan bulan April. Sentimen bisnis terkait perkiraan 12 bulan output bertahan positif, namun tingkat optimisme secara keseluruhan turun ke posisi terendah dalam tiga bulan sejak bulan Mei.

|Baca Juga: Dibayangi Sentimen Negatif, Rupiah Berpotensi Melemah

Purchasing Managers’ Index™ (PMI™) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di posisi 50,8 pada bulan Mei, turun dari 51,9 pada bulan April. Ini menggambarkan sembilan bulan berturut-turut kondisi bisnis membaik pada seluruh sektor manufaktur Indonesia.

Namun demikian, laju pertumbuhan merupakan yang paling lambat pada periode saat ini dan tergolong marginal. Produksi manufaktur turun untuk pertama kali dalam sembilan bulan pada bulan Mei, meski pada laju fraksional. Anggota panel sering menyebutkan bahwa penurunan disebabkan oleh gangguan pasokan.

Sementara itu, menurut panelis, permintaan baru secara keseluruhan mengalami ekspansi tingkat sedang, dengan kondisi permintaan yang relatif kuat dan pemenangan klien baru mendorong kenaikan terkini. Permintaan asing naik pada pertengahan menuju triwulan kedua.

Akibat kenaikan permintaan, tingkat penyusunan staf pada sektor manufaktur Indonesia mengalami ekspansi pada bulan Mei, meski pada kisaran lebih lambat dibandingkan bulan April. Perusahaan juga menaikkan kuantitas pembelian mereka, sehingga inventaris praproduksi naik. Stok barang jadi juga naik, meski responden survei sering mengaitkan ekspansi dengan penundaan pengiriman ke luar negeri.

|Baca Juga: Harga Emas Hari Ini Berpotensi Mencoba Rebound

Waktu pengiriman dari pemasok terus diperpanjang pada bulan Mei dan pada kisaran yang lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata jangka panjang. Menurut perusahaan, baik kekurangan pasokan maupun penundaan transportasi menyebabkan penurunan kinerja pemasok.

Di tengah penurunan produksi manufaktur dan perpanjangan waktu pemenuhan pesanan, perusahaan manufaktur Indonesia melihat pembaruan akumulasi penumpukan pekerjaan pada bulan Mei.

Menurut para panelis, hambatan pasokan dan tenaga kerja juga disebutkan sebagai alasan kenaikan pekerjaan yang belum terselesaikan. Sementara itu, biaya input terus naik pada bulan Mei. Kenaikan beban baya sering dikaitkan dengan kenaikan harga bahan baku, yang sebagian diteruskan kepada klien melalui kenaikan harga jual. Tingkat inflasi biaya harga input dan output berkurang sedikit dari bulan April, namun masih tergolong tajam dibandingkan rata-rata masingmasing biaya.

Sentimen bisnis pada sektor manufaktur Indonesia secara keseluruhan bertahan positif, dengan perusahaan secara umum berharap penjualan akan terus bertumbuh sejalan dengan perbaikan kondisi perekonomian. Namun demikian, tingkat kepercayaan bisnis menurun dari kondisi bulan April ke posisi terendah dalam tiga bulan.

|Baca Juga: PMI Manufaktur Menguat, Sinyal Positif Pertumbuhan Ekonomi

Menanggapi hasil survei terkini, Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, mengatakan menurut PMI Manufaktur Indonesia S&P Global, kondisi bisnis pada seluruh sektor manufaktur Indonesia membaik pada laju lebih lambat pada bulan Mei. Bukti anekdotal survei menunjukkan bahwa produksi manufaktur sedikit turun pada pertengahan menuju Q2 karena gangguan pasokan menghambat sektor.

“Perpanjangan waktu pengiriman dari pemasok, ditambah dengan kenaikan harga terus-menerus dan cepat, menyoroti hambatan pasokan yang berdampak pada performa sektor manufaktur Indonesia pada bulan Mei. Kabar baiknya adalah permintaan terus naik, namun harus diperhatikan seberapa jauh output manufaktur mungkin akan terdampak ke depannya.

“Kepercayaan diri berbisnis di antara perusahaan manufaktur Indonesia kembali berkurang pada bulan Mei, meski pertumbuhan berkelanjutan pada tingkat ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian menggambarkan optimisme terkait output masa mendatang di antara perusahaan, yang mana merupakan pertanda positif survei PMI pada bulan Mei.”

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Harga Emas Hari Ini Berpotensi Mencoba Rebound
Next Post Chubb dan JA Assure Luncurkan Platform Asuransi Siber Online untuk UKM di Asia

Member Login

or