Media Asuransi, JAKARTA – Perusahaan manufaktur ASEAN melaporkan perbaikan kondisi pengoperasian pada awal 2023. Kenaikan di seluruh sektor didukung oleh kenaikan sedang pada tingkat produksi dan pertumbuhan terbaru pada pesanan pabrik.
Terlebih lagi, perusahaan menaikkan pembelian input untuk memenuhi permintaan yang semakin bertumbuh pada kisaran tercepat selama tiga bulan. Dengan pertumbuhan di seluruh sektor manufaktur ASEAN merambat pada akhir tahun lalu, tingkat perbaikan kondisi pengoperasian mengalami percepatan pada bulan Januari.
|Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia Januari 2023 Naik ke Level 51,03
Dikutip dari keterangan resmi S&P Global, Headline PMI manufaktur ASEAN naik dari 50,3 pada bulan Desember 2022 ke posisi tertinggi dalam tiga bulan yaitu 51,0 pada Januari 2023.
Namun demikian, tingkat ekspansi masih tetap sama dibandingkan dengan rata-rata tahun lalu. Empat dari tujuh negara ASEAN peserta survei mencatat pertumbuhan di seluruh sektor manufaktur pada bulan Januari, naik dari tiga negara pada bulan Desember. Mengambil alih posisi Filipina, produsen Thailand melaporkan kenaikan tajam kondisi bisnis pada bulan Januari, menduduki peringkat puncak untuk pertama kali dalam 17 bulan.
Terlebih lagi, tingkat pertumbuhan (54,5) mengalami percepatan dan merupakan yang tercepat kedua sejak survei dimulai pada bulan Desember 2015 (setelah bulan September 2022). Pertumbuhan di sektor manufaktur Filipina turun ke posisi peringkat kedua pada bulan Januari.
Namun demikian, indeks headline mencapai posisi tertinggi dalam tujuh bulan 53,5, menunjukkan perbaikan solid pada kondisi pengoperasian secara keseluruhan. Setelah penurunan pertama pada kondisi manufaktur selama 16 bulan pada bulan Desember, headline PMI Singapura kembali ke wilayah ekspansi pada bulan Januari.
Akan tetapi, tingkat kenaikan hanya berkisar sedang (51,9) dan lebih lambat dari yang terlihat pada bulan yang sama pada tahun lalu. Kondisi manufaktur di Indonesia juga membaik pada tingkat sedang pada bulan Januari. Terlebih lagi, tingkat ekspansi mengalami percepatan pada bulan ini hingga mencapai posisi tercepat sejak bulan Oktober lalu (51,3).
|Baca juga: PMI Desember 2022: Sektor Manufaktur Indonesia Terus Berekspansi
Dari beberapa negara yang mencatat data PMI di bawah 50,0, penurunan paling rendah terlihat di sektor manufaktur Myanmar pada bulan Januari. Terlebih lagi, data indeks 49,6 menunjukkan tingkat kontraksi paling lemah sejak periode sembilan bulan saat ini yang dimulai pada bulan Mei 2022.
Penurunan kondisi yang lebih lambat pada bulan Januari dibandingkan dengan bulan Desember juga dilaporkan oleh produsen Vietnam. Namun demikian, tingkat penurunan masih tetap solid secara keseluruhan (indeks di angka 47,4), sekaligus memperpanjang periode penurunan saat ini menjadi tiga bulan berturut-turut.
Malaysia adalah satu-satunya negara yang mengalami kondisi manufaktur memburuk tajam pada bulan Januari. Terlebih lagi, laju kontraksi mengalami percepatan selama empat bulan berjalan, dengan data PMI terkini yaitu 46,5 merupakan yang paling lemah dalam 17 bulan.
Secara keseluruhan, kondisi manufaktur di seluruh wilayah ASEAN membaik selama enam belas bulan berjalan pada bulan Januari, dengan kenaikan terkini merupakan yang paling cepat dalam tiga bulan. PMI meningkat tajam berkat kenaikan lebih kuat pada produksi dan kenaikan permintaan baru setelah dua bulan menurun.
Untuk memenuhi persyaratan bisnis yang semakin tinggi, aktivitas pembelian juga naik pada laju tercepat sejak bulan Oktober lalu. Selain itu, tingkat ketenagakerjaan stabil pada bulan Januari. Hal ini merupakan perbaikan besar dibandingkan dengan penurunan selama dua periode survei sebelumnya meski pun kecil.
Dari segi harga, tingkat inflasi biaya input naik dari posisi terendah dalam dua tahun bulan Desember pada bulan Januari ini. Namun demikian, tingkat inflasi masih tergolong rendah dibandingkan rata-rata pasca pandemi. Pada waktu yang sama, tingkat inflasi biaya output mengalami penyesuaian selama tiga bulan, menunjukkan kenaikan kecil pada harga penjualan selama satu tahun.
Sementara tantangan dari segi pasokan masih terus ada, rata-rata waktu tunggu pesanan diperpanjang pada laju paling lambat sejak periode penurunan saat ini dimulai pada bulan Februari 2020, menunjukkan bahwa tekanan rantai pasokan berkurang. Perbaikan pada kesehatan sektor manufaktur ASEAN membantu menaikkan kepercayaan diri terkait perkiraan output 12 bulan mendatang pada awal tahun ini. Namun demikian, keseluruhan tingkat optimisme masih rendah dibandingkan rata-rata historis selama tiga bulan berjalan.
Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom S&P Global Market Intelligence mengatakan data PMI terkini menunjukkan perbaikan lebih lanjut pada kondisi sektor manufaktur ASEAN pada bulan Januari. Output naik pada laju tercepat dan permintaan baru kembali bertumbuh setelah dua bulan kontraksi.
Namun, laju ekspansi di seluruh sektor manufaktur tergolong ringan dan lebih lambat dibandingkan rata-rata tahun lalu, terutama karena kondisi menurun. “Akan tetapi, dengan berkurangnya tekanan pasokan, dan tingkat inflasi di bawah rata-rata pasca pandemi, ini dapat mendukung perbaikan lebih jauh pada kondisi bisnis pada bulan-bulan mendatang. Akan tetapi, inflasi masih tinggi secara keseluruhan, dan mungkin akan terus naik di wilayah ini. Sangat penting bahwa kondisi permintaan terus membaik dan mampu mendukung momentum pertumbuhan pada sepanjang tahun 2023,” jelasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News