Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Manufaktur alias Purchasing Manager’s Index (PMI) Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Pada Januari 2023, PMI Manufaktur Indonesia tercatat di angka 51,03 atau naik dari angka 50,9 pada Desember 2022.
Dikutip dari keterangan resmi S&P Global, kondisi pengoperasian di perekonomian sektor manufaktur Indonesia terus membaik pada bulan Januari, didukung oleh kenaikan tingkat output dan permintaan baru.
Dalam survei yang dilakukan, perusahaan menanggapi secara positif dengan memperluas aktivitas pembelian dan membangun inventaris mereka untuk mengantisipasi pertumbuhan lebih lanjut pada bulan-bulan mendatang.
Namun demikian, mencerminkan kewaspadaan terhadap kondisi mendatang, tingkat ekspansi tergolong sedang. Sementara itu, perusahaan memilih untuk mempertahankan tingkat susunan staf tidak berubah meski terbukti ada hambatan kapasitas.
|Baca juga: IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2023
Headline Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di angka 51,3 pada bulan Januari, naik sedikit dari angka bulan Desember yaitu 50,9 dan di atas titik tidak ada perubahan 50,0 selama tujuh belas bulan berturut-turut. Meski menunjukkan pertumbuhan tingkat sedang, PMI sedang berada di titik tertinggi sejak bulan Oktober lalu.
Baik output maupun permintaan baru naik pada bulan Januari pada laju tercepat selama tiga bulan dengan pertumbuhan secara fraksional lebih baik dari segi penjualan. Dilaporkan bahwa jalur penjualan berjalan positif di tengah permintaan klien yang tinggi dan keberhasilan konversi menjadi pemenangan bisnis yang sulit.
Menurut para panelis, permintaan pasar secara umum lebih baik pada bulan-bulan terakhir, dan aktivitas promosi membantu mendukung pertumbuhan. Akan tetapi, permintaan domestik merupakan pendorong utama kenaikan penjualan: permintaan ekspor baru turun selama delapan bulan berturut-turut mencapai tingkat tertentu.
Peningkatan penjualan yang lebih kuat mendorong perusahaan untuk menaikkan aktivitas pembelian mereka dengan pertumbuhan tercatat selama tujuh belas bulan berturut-turut. Terlebih lagi, tingkat kenaikan merupakan yang paling baik sejak bulan September sejalan dengan upaya perusahaan untuk tidak hanya mendukung kenaikan persyaratan produksi saat ini tetapi juga menaikkan tingkat inventaris mereka.
|Baca juga: PMI Desember 2022: Sektor Manufaktur Indonesia Terus Berekspansi
Bulan Januari menandai kenaikan input selama dua bulan berturut-turut, meski pertumbuhan hanya pada kisaran marjinal. Selain itu inventaris barang jadi juga naik pada bulan Januari, dengan pertumbuhan mencapai puncaknya dalam waktu lebih dari dua setengah tahun. Hal ini sebagian berkaitan dengan proyeksi pertumbuhan bisnis yang positif, dan tentu saja secara umum perusahaan menunjukkan harapan akan kenaikan output pada tahun mendatang.
Permintaan diharapkan terus naik di tengah-tengah harapan akan stabilitas pasar. Akan tetapi, sentimen masih berada di bawah rata-rata historis, dan menggambarkan kewaspadaan sisa tentang masa mendatang di antara anggota panel peserta survei. Hal ini tercermin pada data ketenagakerjaan pada bulan Januari, yang menunjukkan tidak ada perubahan pada tingkat susunan staf sejak akhir tahun 2022. Dan hal ini terjadi meski penumpukan pekerjaan naik selama tiga bulan berturut-turut.
Terakhir, tekanan biaya masih terjadi pada bulan Januari, dengan pemasok melaporkan masih meneruskan beban biaya kenaikan harga bahan baku. Namun demikian, tingkat inflasi menurun selama tujuh bulan berturut-turut mencapai posisi terendah selama lebih dari dua tahun. Hal ini menyebabkan penurunan biaya inflasi di antara produsen di Indonesia, dengan perusahaan juga mencatat bahwa melemahnya dolar AS dan permintaan diskon pelanggan membatasi kekuatan harga mereka. Secara keseluruhan, harga output naik pada tingkat sedang dan hingga pada tingkat terendah sejak bulan Mei 2021.
Menanggapi hasil survei terkini, Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, mengatakan PMI Manufaktur Indonesia dari S&P Global pada bulan Januari menunjukkan kondisi sektor manufaktur yang lebih baik pada awal tahun baru. “Ekspansi produk diperkuat oleh penjualan yang lebih baik yang merupakan pertanda positif untuk sektor,” katanya.
Namun demikian, terangnya, sektor terkonsentrasi pada perekonomian domestik, dengan permintaan baru dari luar negeri jatuh pada kisaran tercepat yang menggambarkan penurunan kondisi eksternal. Hal ini akan tetap menjadi penghambat besar sektor yang telah terjadi sejak 2022.
Sementara itu, tekanan harga di sektor manufaktur Indonesia terus berkurang, dengan biaya input naik pada laju lambat selama lebih dari dua tahun dan inflasi biaya output turun hingga posisi rendah 20 bulan. Meski masih tinggi, penurunan lebih lanjut pada tekanan harga diharapkan mendorong Bank Indonesia untuk mengurangi pengetatan kebijakan, yang menjadi pertanda baik bagi perusahaan untuk menghadapi tahun baru.
“Keseluruhan sentimen di sektor manufaktur membaik dari posisi rendah pada bulan Desember dan mendorong perusahaan untuk memperluas tingkat inventaris mereka, menunjukkan kinerja jangka pendek yang lebih baik,” jelasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News