1
1

PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2023 Naik ke Level 52,5

Beberapa pekerja pabrik kendaraan bermotor sedang merakit motor. | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – S&P Global mencatat indeks manufaktur Indonesia atau Purchasing Managers’ Index (PMI) pada bulan Juni menguat ke level 52,5 dari posisi bulan sebelumnya 50,3.

Kondisi sektor manufaktur Indonesia meningkat pada laju yang lebih cepat pada bulan Juni yang didukung oleh kenaikan permintaan baru. Hal ini mendorong pertumbuhan produksi yang lebih cepat serta kenaikan penumpukan pekerjaan, meskipun perusahaan memperoleh input dan staf pada laju yang lebih cepat.

Sedangkan kenaikan permintaan baru dan output menambah tekanan pada rantai pasokan, inflasi biaya tidak mengalami penurunan. Kenyataannya, inflasi biaya input mengalami penyesuaian dan harga jual dari pabrik menurun untuk pertama kalinya dalam 32 bulan. Tingkat optimisme secara keseluruhan juga meningkat di antara produsen Indonesia.

|Baca juga: Permintaan Baru Turun, PMI Manufaktur Indonesia pada Mei Merosot ke Level 50,3

Kenaikan PMI Manufaktur pada bulan Juni 2023 ini menunjukkan adanya peningkatan pada kesehatan sektor selama dua puluh dua bulan berturut-turut, dengan peningkatan terkini di antara peningkatan paling cepat yang diamati selama satu setengah tahun terakhir dan tergolong kuat secara keseluruhan.

Ekspansi terbaru ini didukung oleh kenaikan baru pada permintaan baru selama bulan Juni. Bisnis baru mendatang meningkat secara solid setelah sedikit turun pada bulan Mei, karena kondisi permintaan yang lebih baik mendukung pertumbuhan. Namun, permintaan asing terus merosot, meskipun hanya sedikit. Produksi meningkat akibat dari kenaikan permintaan baru secara keseluruhan. Terlebih lagi, laju ekspansi tergolong solid.

Namun, produsen terus mengalami peningkatan penumpukan pekerjaan karena naiknya permintaan yang melampaui kemampuan untuk memenuhi permintaan secara tepat waktu. Pada saat yang sama, tingkat ketenagakerjaan di sektor manufaktur Indonesia mengalami peningkatan pada laju paling cepat dalam sembilan bulan karena bisnis memperluas kapasitas tenaga kerja untuk mengatasi kenaikan beban kerja.

Aktivitas pembelian meningkat bersamaan dengan pertumbuhan pekerjaan baru, yang menyebabkan kenaikan inventaris input di pihak produsen. Tingkat inventaris pasca produksi mengalami penurunan, karena pemenuhan permintaan baru menyebabkan stok menurun. Sementara itu, kondisi pemasok memburuk di tengah-tengah pertumbuhan permintaan dan persyaratan produksi yang lebih besar.

|Baca juga: Ekspansi PMI Manufaktur ASEAN pada Maret 2023 Melambat

Waktu tunggu pesanan mengalami perpanjangan pada bulan Juni setelah meningkat selama empat bulan berturutturut, meskipun hanya pada kisaran marginal. Bukti anekdot juga menunjukkan bahwa penundaan ini berpengaruh pada akumulasi penumpukan pekerjaan terbaru pada bulan Juni.

Namun demikian, tekanan harga tidak mengalami penurunan pada akhir kuartal kedua. Inflasi biaya input, meskipun tajam, mengalami penurunan dari posisi bulan Mei ke posisi terendah sejak bulan Oktober 2020. Para peserta menyatakan bahwa kenaikan harga bahan baku merupakan penyebab utama tekanan inflasi. Secara serentak, harga jual rata-rata menurun untuk pertama kalinya dalam 32 bulan, dengan beberapa perusahaan bersemangat menawarkan diskon demi mendorong penjualan.

Sentimen secara keseluruhan di sektor manufaktur Indonesia bertahan positif pada bulan Juni. Tingkat kepercayaan diri berbisnis naik ke posisi tertinggi sejak bulan April di tengahtengah harapan untuk peningkatan lebih lanjut pada kondisi bisnis dan penjualan. Namun, tingkat sentimen positif tetap berada di bawah rata-rata selama delapan bulan berturut-turut pada akhir kuartal kedua.

Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global PMI Market Intelligence, mengatakanbahwa momentum pertumbuhan di seluruh sektor manufaktur Indonesia kembali mengalami percepatan pada bulan Juni, menurut data terbaru PMI S&P Global. Laju kenaikan permintaan secara keseluruhan tergolong solid, meskipun kurangnya permintaan eksternal terus menghambat pertumbuhan penjualan total.

“Sementara kondisi pasokan sedikit memburuk, tekanan biaya terus menurun dan biaya menurun untuk pertama kalinya sejak akhir tahun 2020. Hal ini mendukung pandangan Bank Indonesia bahwa siklus pengetatan kebijakan moneter kini sudah berakhir, dengan melemahnya tekanan inflasi di seluruh sektor produksi barang.

Menurut dia, optimisme bisnis secara keseluruhan masih lemah secara historis, hal ini perlu diperhatikan. Penting untuk memperhatikan permintaan, terutama permintaan eksternal, yang naik untuk menambah kepercayaan diri di antara para produsen.

 

Editor: Achmad Aris

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Group Akseleran Incar Tambahan Modal hingga Rp358 Miliar dari IPO
Next Post Sektor Semen Dipertahankan Overweight, Ini Alasannya

Member Login

or