Media Asuransi, JAKARTA – Pelonggaran kebijakan PPKM terbukti membuat kinerja sektor manufaktur Indonesia bertumbuh sehingga membukukan rekor pada Oktober 2021.
Menurut Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari IHSG Markit pada Oktober 2021 tercatat di posisi 57,2 pada bulan Oktober, naik dari posisi 52,2 pada bulan September.
Angka ini menggambarkan kondisi bisnis yang membaik di seluruh sektor manufaktur Indonesia selama dua bulan berturut-turut. Tingkat pertumbuhan merupakan yang tercepat sejak survei dimulai pada bulan April 2011.
Yang mendukung kenaikan headline PMI adalah kenaikan tajam pada pekerjaan baru dan output pada bulan Oktober, keduanya mengalami ekspansi pada kisaran rekor. Bukti anekdotal menunjukkan bahwa perbaikan relatif terjadi pada situasi dalam negeri Covid-19, ditambah dengan pelonggaran pembatasan lebih lanjut, memungkinkan permintaan bertumbuh dan perekonomian pulih.
Namun demikian, permintaan asing kembali mengalami kontraksi meski pada kisaran marjinal. Melihat permintaan secara keseluruhan menguat, perusahaan manufaktur ingin memperluas kapasitas pengoperasian dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja untuk pertama kalinya dalam empat bulan mesti pada kisaran kecil. Sehingga penumpukan pekerjaan naik, meski tingkat pertumbuhan berkurang dibandingkan pada bulan September.
Direktur Asosiasi Ekonomi di IHS Markit, Jingyi Pan, mengatakan sektor manufaktur Indonesia mencatat pertumbuhan paling cepat, yang tercermin pada perbaikan kondisi akibat pelonggaran lebih lanjut pada pembatasan Covid-19.
“Kenaikan permintaan dan output juga diterjemahkan menjadi kepercayaan sektor manufaktur yang lebih baik, sebagaimana terlihat pada Indeks Output Masa Depan dan aktivitas pembelian dan perekrutan perusahaan, semua tanda-tanda positif kemajuan sektor.
|Baca juga: PMI Manufaktur September 2021 Tercatat Mulai Ekspansif
Namun, jelasnya, keterbatasan pasokan masih terjadi dengan perusahaan melihat kenaikan tekanan harga dan waktu pemenuhan pesanan lebih lama pada bulan Oktober. Meski bukan hal yang baru bagi Indonesia, hal ini layak untuk diamati apakah permasalahan pasokan akan menghambat pemulihan ekonomi pada bulan-bulan mendatang.
Lebih lanjut, hasil survei juga menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur juga kembali menaikkan aktivitas pembelian pada bulan Oktober. Baik kuantitas maupun stok pembelian naik pada tingkat rekor. Sebaliknya, karena kenaikan permintaan dan kekurangan input, tingkat inventaris pasca produksi menurun.
Dari segi kinerja pemasok, kekurangan pasokan dan permasalahan pengiriman menyebabkan waktu pemenuhan pesanan diperpanjang lagi pada bulan Oktober. Panelis juga mengindikasikan bahwa kondisi permintaan yang lebih kuat memperburuk permasalahan pada bulan Oktober.
Dari segi harga, perusahaan manufaktur Indonesia mencatat kekurangan pasokan menyebabkan harga naik di periode survei terkini. Inflasi harga input naik pada kisaran tajam dalam delapan tahun, dengan banyak perusahaan menyebutkan kenaikan biaya bahan baku.
Akibatnya, perusahaan meneruskan beban biaya yang lebih besar kepada konsumen, mengakibatkan kenaikan harga output, meski kisaran kenaikan lebih lambat sejak bulan September.
Sementara itu sentimen bisnis secara keseluruhan membaik pada bulan Oktober, naik ke level di atas rata-rata jangka panjang. Responden survei secara umum berharap bahwa kondisi bisnis akan terus membaik sejalan dengan gangguan Covid-19 terhadap sektor manufaktur berkurang.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News