Media Asuransi, GLOBAL – Singapura tengah menghadapi tantangan serius akibat populasi yang kini banyak pada fase menua. Hal ini berpotensi menambah ketidakpastian di sektor ekonomi dan sosial.
Dilansir dari Asia Insurance Review, Rabu, 27 Agustus 2025, menurut CEO Central Provident Fund Board (CPFB) Melissa Khoo dalam pidato kunci di ajang Singapore Actuarial Conference 2025, Singapura akan resmi berstatus super aged society pada tahun depan.
|Baca juga: Gelar Siaran Literasi Pindar Terlama 25 Jam di YouTube, AFPI Raih Rekor MURI
|Baca juga: Kredit Melejit 7% di Juli 2025! OJK Ungkap Rahasia Ketahanan Perbankan RI
Hal tersebut merujuk pada definisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di mana lebih dari satu dari lima penduduk berusia 65 tahun ke atas. Menurutnya tren ini akan semakin tajam pada 2030 dengan rasio satu banding empat, sejajar dengan negara-negara ekonomi besar.
Fenomena ini memicu kekhawatiran soal mengecilnya ukuran keluarga dan meningkatnya ketergantungan masyarakat terhadap CPF sebagai penopang utama keamanan finansial masa pensiun. Ia mengungkapkan kontribusi keluarga dan teman untuk pensiunan menurun drastis, sementara pembayaran reguler CPF justru meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Selain populasi menua, Khoo menyinggung soal meningkatnya angka harapan hidup sehat yang memerlukan perubahan cara pandang terhadap penuaan. Ia menyebut konsep successful ageing yang tak hanya mencakup kesehatan tetapi juga kekayaan dan produktivitas di usia lanjut.
|Baca juga: Pemerintah Dorong Optimalisasi Riset untuk Kebijakan Transmigrasi yang Lebih Tepat Sasaran
|Baca juga: Pemerintah-PLN Siap Hadirkan PLTN sebagai Solusi Energi Andal dan Bersih
Sebagai solusi, CPFB mendorong edukasi tentang umur panjang dan literasi pensiun. Khoo menekankan pentingnya pemahaman tentang angka harapan hidup pada usia 65, bukan hanya sejak lahir, serta perlunya kesadaran akan biaya kesehatan di usia tua yang kerap diremehkan masyarakat.
Khoo juga menyoroti perlunya strategi akumulasi dana pensiun yang lebih efektif. Menurutnya komunikasi industri keuangan selama ini cenderung fokus pada akumulasi dan pelestarian kekayaan, tetapi kurang membahas strategi pengumpulan dana jangka panjang yang memadai.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News