Media Asuransi, JAKARTA – Saat ini, arah ekonomi global masih sangat dipengaruhi oleh kebijakan di Amerika Serikat, terutama terkait inflasi dan suku bunga. Khusus domestik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih di kisaran lima persen, hingga tahun depan.
“Arah ekonomi global masih sangat dipengaruhi oleh kebijakan di Amerika Serikat, terutama terkait inflasi dan suku bunga. Risiko inflasi yang tetap tinggi dapat menahan penurunan suku bunga dan memberi tekanan pada pasar keuangan global,” kata Presiden Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM), Lilis Setiadi, sesi Wealth Class di Wealth Wisdom 2025 Jakarta, yang mengangkat tema “Indonesia’s Resilience: Navigating Economic Turbulence with Agility”, 8 Oktober 2025.
|Baca juga: Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah
Lilis menambahkan, dari sisi domestik, realisasi anggaran pemerintah hingga Agustus menunjukkan pelebaran defisit seiring meningkatnya belanja negara. “Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 diperkirakan tetap positif di kisaran lima persen, mencerminkan optimisme terhadap pemulihan yang lebih kuat,” tuturnya.
|Baca juga: Investasi yang Masuk ke RI Belum Sepenuhnya Berdampak terhadap Penciptaan Lapangan Kerja, Kenapa?
Menurut Lilis, stabilitas rupiah menjadi kunci kepercayaan investor dan katalis positif bagi iklim investasi. Namun, Indonesia perlu terus memperkuat diversifikasi ekspor agar tidak bergantung pada komoditas semata.
Dia menyatakan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,1 persen, Indonesia dihadapkan pada tantangan keluar dari middle income trap menuju visi Indonesia Emas 2045. “Momentum bonus demografi dan dorongan inovasi dinilai menjadi kunci dalam memperkuat fondasi ekonomi menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” jelasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News