1
1

Prospek dan Optimisme Allianz Life Indonesia di 2022

Media Asuransi, JAKARTA – Meski pemulihan ekonomi global terus berlanjut, volatilitas dan ketidakpastian masih cukup tinggi. Berbagai risiko seperti penyebaran virus Covid-19 varian Omicron, percepatan pengurangan stimulus di Amerika, meningkatnya tekanan inflasi global dalam jangka pendek, tren kenaikan tingkat suku bunga, tekanan geopolitik serta perlambatan ekonomi China masih perlu terus diperhatikan di tahun 2022. 

“Kita masih tetap berharap perekonomian akan membukukan pertumbuhan yang positif walaupun secara overall dari sisi global mungkin terlihat sedikit ada penurunan. Memang kelihatan di beberapa negara pertumbuhan ekonominya diharapkan akan lebih tinggi daripada 2021, contohnya adalah Indonesia pertumbuhan ekonominya diharapkan naik ke level 4,7%-5% dibandingkan tahun 2021 berada di level 3,39%. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap positif namun ada normalisasi dari kebijakan moneter moneter global,” papar Head of Fixed Income Allianz Life Indonesia, Fitri Lindawati Lubis, pada media gathering, Selasa, 15 Maret 2022.



Fitri mengatakan bahwa di tahun 2022, momentum pemulihan ekonomi yang kuat diperkirakan akan berlanjut dengan tekanan inflasi yang persisten namun masih menurun sehingga memicu respons yang berbeda di seluruh bank sentral. Kemudian, pertumbuhan global yang melambat karena pengetatan moneter lebih cepat dari The Fed juga akan mendorong kebijakan dipercepat dari negara lain. Serta, peluncuran vaksin lebih lanjut dan penyebaran booster diharapkan dapat menekan penyebaran virus sehingga akan meloggarkan pembatasan mobilitas. “Di 2022, portofolio manager terus memantau kondisi pasar dan menyesuaikan strategi investasi dengan kondisi pasar,” ucap Fitri.

|Baca juga: Allianz Indonesia Pertahankan Kinerja Dana Investasi Positif di 2021


Strategi  Investasi
Menurut Head of Equity Allianz Life Indonesia, Arie Haryoko, perseroan melihat ekspektasi pemulihan ekonomi yang lebih baik setelah peningkatan aktivitas pada industri manufaktur, distribusi vaksinasi yang lebih tinggi dan juga potensi IPO perusahaan teknologi Indonesia yang akan datang di tahun 2022.

Secara umum, preferensi kami melihat pada ekspektasi laba bersih dari perusahaan dengan pendekatan yang konservatif dan melihat berapa besar pertumbuhan dan ekspektasi nilai perusahaan di masa mendatang,” terangnya.

Arie mengatakan, pada strategi investasi saham memiliki pandangan Neutral–Slightly Overweight. Risiko geopolitik terhadap konflik Rusia dan Ukrania menyebabkan indeks bergerak cenderung  fluktuatif. “Namun, pandangan kami tetap positif terhadap prospek saham Indonesia di 2022. Secara progesif kami telah meningkatkan eksposur pada sektor komoditas  dan siklikal seiring dengan ekspektasi pemulihan ekonomi di 2022,” jelasnya.  

Sedangkan untuk obligasi, Allianz Indonesia memiliki pandangan Slightly underweightNeutral pada fund dengan mata uang rupiah dan Underweight dengan mata uang USD. “Pandangan kami netral namun cenderung lebih berhati-hati terhadap pasar obligasi Indonesia di tahun 2022,” tambahnya.

Allianz Indonesia melihat bahwa likuiditas perbankan masih terjaga, rencana penerbitan obligasi pemerintah masih stabil dan terjaga dengan harapan dukungan pembelian dari pelaku pasar lokal terutama perbankan dalam negeri. “Sisa anggaran lebih pemerintah (SAL) dan Surat Keputusan Bersama (SKB) III, antara MoF dan BI, diharapkan menjadi sumber pembiayaan yang akan mengurangi tekanan di pasar obligasi,” ungkapnya.

Kemungkinan penerimaan pajak yang lebih tinggi dengan implementasi UU HPP tahun depan juga memberikan ruang bagi pemerintah terkait dengan rencana total penerbitan obligasi pemerintah. Namun kemungkinan lebih tinggi magnitude dari kenaikan suku bunga The Fed dari prediksi sebelumnya, akan berdampak terhadap dinamika dan volatilitas di pasar obligasi Indonesia.

Tingkat inflasi di Indonesia juga diperkirakan naik seiring dengan ekspektasi membaiknya pertumbuhan ekonomi. Ketegangan politik Rusia dan Ukraina juga perlu dicermati, walaupun hingga saat ini dampaknya minimal terhadap pasar obligasi Indonesia.

Dengan melihat kondisi ini, yang perlu dipertimbangkan oleh nasabah adalah melakukan tinjau ulang kembali mengenai tujuan, jangka waktu, serta toleransi risiko atas investasi yang sedang dilakukan. Nasabah diharaakan untuk tetap melakukan review secara berkala dan memastikan untuk memilih instrumen investasi sesuai dengan profil risiko,” tutur Arie.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Jangan Tertipu, Kenali 5 Modus Agen Asuransi Nakal 
Next Post Ini Dia Mobil Paling Laris di Indonesia

Member Login

or