Media Asuransi – Pergerakan IHSG pada perdagangan hari keempat 2021 ini diperkirakan kembali tertekan setelah pada perdagangan sebelumnya terkoreksi hingga 1,17%.
Head of Research Equity Technical Analyst PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Lanjar Nafi mengatakan, secara teknikal IHSG terkoreksi seakan mengonfirmasi pulled back resistance fractal dan mencapai target Wave corrections B.
Dia mengatakan Indikator stochastic berpotensi dead-cross pada area overbought dengan MACD yang tertekan. “Sehingga kami perkirakan IHSG berpotensi kembali tertekan dengan support resistance 6.017-6.118,” jelasnya melalui riset harian yang dikutip Media Asuransi, Kamis 7 Januari 2021.
Erdikha Sekuritas: IHSG Berpotensi Menguji Level 6.210
Menurutnya, saham-saham yang dapat dicermati secara teknikal di antaranya; CPIN, ESSA, JPFA, KLBF, dan RALS.
Kemarin, IHSG (-1,17%) ditutup melemah 71,66 poin ke level 6.065,68 dengan saham di sektor Infrastruktur (-2,08%) dan Keuangan (-1,31%) memimpin pelemahan. Lanjar menuturkan, setelah Pemerintah memutuskan PSBB baru mulai 11 Januari 2021 dengan salah satunya tentang kapasitas kantor yang hanya boleh 25%, kebijakan tersebut menjadi alasan kuat investor melakukan aksi profit taking.
“Adanya pembatasan baru ini akan mengancam produktivitas bisnis di Indonesia dan kekhwatiran baru akan peningkatan penyebaran pandemi. Investor asing tercatat net sell sebesar Rp698,94 miliar,” jelasnya.
Sementara itu, mayoritas indeks saham Asia ditutup menguat kecuali indeks NIKKEI (-0,38%) turun. Indeks TOPIX (+0.28%), Hang Seng (+0,15%) dan CSI300 (+0,92%) naik. Ketegangan antara AS dan China meningkatkan setelah Trump melarang transaksi AS dengan aplikasi pembayaran China.
Adapun, Bursa Eropa membuka perdagangan dengan menguat. Indeks Eurostox (+0,49%), FTSE (+0,87%) dan DAX (+0,46) naik rata-rata setengah persen memanfaatkan momentum pelemahan US$ di tengah spekulasi bahwa Demokrat dapat memenangkan Senat AS dan berpotensi mengendalikan pemberian paket bantuan stimulus pemulihan ekonomi yang lebih besar. “Selanjutnya investor domestik akan menanti data cadangan devisa dengan ekspektasi meningkat,” ujar Lanjar. Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News