Media Asuransi, JAKARTA – Hingga Maret 2022, realisasi APBN mencatatkan surplus Rp10,3 triliun, atau 0,06 persen PDB, didukung kinerja pendapatan negara yang baik. Di tahun 2022, pemerintah menetapkan target defisit sebesar 4,85 persen dari PDB.
Melalui keterangan resmi Kementerian Keuangan, Rabu, 20 April 2022, realisasi defisit APBN 2022 diperkirakan lebih rendah dari proyeksi awal seiring kelanjutan pemulihan ekonomi yang kuat dan berbagai upaya reformasi, antara lain: implementasi UU HPP, PPS, dan RPIM BI.
Strategi pembiayaan utang akan disesuaikan merespons gejolak pasar keuangan, dinamika APBN dan kas, serta demand investor. Penyesuaian strategi utang mulai dilakukan pada akhir Februari 2022, meliputi penyesuaian jumlah penerbitan, tenor penerbitan, timing penerbitan, dan komposisi mata uang.
|Baca juga: Wow! Realisasi APBN per Februari 2022 Alami Surplus Rp19,7 Triliun
Pembiayaan utang berjalan on track. Sampai dengan akhir Maret 2022, realisasi pembiayaan utang tercapai sebesar Rp149,60 triliun atau 15,4 persen pagu APBN 2022, terdiri dari realisasi SBN (Neto) sebesar Rp133,61 triliun dan realisasi Pinjaman (Neto) sebesar Rp15,99 triliun. Pada bulan Maret dilakukan penetapan hasil pejualan atas penerbitan Sukuk Negara Ritel (SR) seri SR016 yang ditawarkan pada 25 Februari s.d. 17 Maret 2022. SR016 diterbitkan dengan kupon terendah sepanjang sejarah penerbitan SBSN Ritel tradable, yaitu 4,95 persen.
Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam upaya menurunkan yield dan menekan biaya penerbitan SBN. Meski demikian, animo masyarakat untuk berinvestasi di SR016 masih cukup tinggi. Hal ini terlihat dari total pemesanan yang mencapai Rp18,41 triliun dari 44.579 investor. Pemerintah juga berhasil melakukan penerbitan SUN Valas berdenominasi USD dengan tenor 10 dan 30 tahun.
Untuk menjaga komposisi utang tetap optimal, pada bulan Maret 2022 Pemerintah telah melakukan langkah strategis dan oportunistik melalui transaksi debt switch dan liability management. Langkah ini ditempuh pemerintah guna mengantisipasi risiko global dan mengurangi risiko jatuh tempo, agar dapat memberi nafas bagi perekonomian yang masih dalam pemulihan. Selain itu, transaksi liability management juga bertujuan untuk melakukan penghematan biaya utang dari penurunan beban bunga.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News