1
1

Risiko Volatilitas Diperkirakan Bakal Meningkat

Seorang investor sedang memperhatikan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Penyempitan selisih suku bunga kebijakan antara BI dan The Fed dinilai dapat menimbulkan risiko volatilitas, terutama jika The Fed menaikkan FFR menjadi 5,75% di bulan September.

Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Tracker – Global market updates: Expecting another 25 bps FFR hike, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menjelaskan volatilitas di pasar global telah mereda sejak pekan lalu, turun cukup signifikan dibandingkan dengan kondisi pada awal bulan ini.

Menurutnya, tren yang positif terlihat dari imbal hasil UST dan imbal hasil obligasi pemerintah di negara maju lainnya, termasuk Inggris, Jerman, dan Jepang, dalam beberapa hari terakhir. “Tidak hanya pasar SBN yang menunjukkan tren positif, pasar saham global juga mengalami tren bullish.”

|Baca juga: Volatilitas Pasar Global Akan Pengaruhi Pergerakan Rupiah

Rully mengatakan tren positif pasar saham dan obligasi pemerintah global didorong oleh data inflasi AS bulan Juni, yang lebih rendah dari ekspektasi sebesar 3,0% YoY (vs konsensus 3,1% YoY, dan 4,0% YoY di bulan Mei).

Meskipun inflasi bulan Juni lebih rendah, dia perkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga kebijakannya pada pertemuan tanggal 25-26 Juli minggu depan. “Pasar juga akan mengamati dengan cermat sinyal dari The Fed, dan kami memperkirakan bahwa The Fed akan tetap membuka ruang untuk kenaikan lagi di bulan September, yang kami yakini akan menjadi kenaikan terakhir pada siklus pengetatan moneter kali ini.”

Rully menambahkan kejelasan terminal rate The Fed akan tetap menjadi faktor krusial bagi BI dalam menentukan arah kebijakan moneter ke depan, karena akan berdampak pada Rupiah dan arus modal asing. Dibandingkan dengan mata uang lainnya, kinerja Rupiah relatif kurang baik bulan ini.

Mengingat potensi risiko ke depan, dia percaya bahwa BI perlu mempertahankan fokus pada stabilitas sepanjang tahun ini. Meskipun neraca luar negeri Indonesia diperkirakan akan surplus kuat, pasar lebih dipengaruhi oleh sentimen daripada fundamental. “Penyempitan selisih suku bunga kebijakan antara BI dan The Fed dapat menimbulkan risiko volatilitas, terutama jika The Fed menaikkan FFR menjadi 5,75% di bulan September.”

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Laba Nusantara Re Naik 400 Persen
Next Post Asuransi Takaful Umum Catat Laba Rp533,84 Juta di Kuartal II/2023

Member Login

or