Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini diperkirakan berpotensi kembali terdepresiasi seiring dengan sentimen tapering The Fed.
Pengamat pasar keuangan dan komoditas, Ariston Tjendra, menerangkan bahwa rupiah mungkin masih berkonsolidasi di area Rp14.300-an pada perdagangan hari ini.
Menurutnya, sentimen tapering ditambah dengan sentimen kenaikan harga energi dan kasus Covid-19 global yang masih meninggi yang dapat melambatkan pertumbuhan ekonomi global masih menjadi penekan rupiah.
Dia mengatakan, pelaku pasar masih mewaspadai kebijakan tapering yang mungkin akan diberlakukan di bulan November atau Desember. Tapering ini menandai dimulainya kebijakan pengetatan moneter.
|Baca juga: Kena Sentimen The Fed, Rupiah Masih Berpotensi Terdepresiasi
“Tapering diperkirakan diakhiri di pertengahan 2022 yang kemungkinan besar akan diikuti dengan kenaikan suku bunga beberapa bulan berikutnya yang artinya bisa lebih cepat dari perkiraan sebelumnya,” jelasnya kepada Media Asuransi, Senin, 4 Oktober 2021.
Dia menjelaskan, kenaikan harga energi telah menekan pertumbuhan manufaktur China pada bulan terakhir dan juga mengganggu perekonomian di sejumlah negara Eropa. Ini bisa menjadi sentimen negatif untuk aset berisiko.
“Hari ini, nilai tukar rupiah berpotensi bergerak melemah ke kisaran Rp14.330-Rp14.350 sementara level support di kisaran Rp14.290.”
Sementara itu di pasar spot, nilai tukar rupiah pada perdagangan akhir pekan lalu ditransaksikan menguat 0,03% ke level Rp14.307, sedangkan di JISDOR BI rupiah ditransaksikan melemah 0,06% ke level Rp14.315 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News