1
1

Rupiah Perdagangan Sore Kian Melemah ke Rp15.424/US$

Ilustrasi. | Foto: Media Asuransi

Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada penutupan perdagangan Kamis terlihat kian melemah ketimbang pembukaan pada pagi tadi di Rp15.401 per US$. Belum ada sentimen positif signifikan yang membuat mata uang Garuda berbalik arah dan bertahan di area hijau.

Mengutip Investing, Kamis, 28 Desember 2023, nilai tukar rupiah pada perdagangan sore berakhir tertekan di posisi Rp15.424 per US$. Rentang harian mata uang Garuda berada di Rp15.377 hingga Rp15.239 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.323 per US$.

|Baca: Penutupan Perdagangan: IHSG Bertahan di Zona Penguatan

Sementara itu, US$ merosot ke level terendah dalam lima bulan pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB) dan euro menyentuh level tertinggi dalam lebih dari empat bulan. Hal itu terjadi di tengah ekspektasi The Fed akan segera memangkas suku bunga, namun arus perdagangan akhir tahun yang tipis membatasi pergerakan.

Dengan banyaknya pedagang yang liburan pada hari libur, volume kemungkinan akan sepi hingga Tahun Baru. Sedangkan indeks dolar AS, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya, turun menjadi 101,36 dan merupakan level terendah sejak 28 Juli.

Indeks ini berada di jalur penurunan sebesar dua persen pada 2023 setelah dua tahun mengalami kenaikan kuat yang didorong oleh antisipasi kenaikan suku bunga oleh The Fed. “Secara keseluruhan, dari perspektif global, saya memperkirakan pasar akan tetap tenang,” kata Kepala Ekonom SEB Jens Magnusson.

|Baca: BI Terbitkan Kumpulan Masukan Masyarakat Atas Pengembangan Rupiah Digital

“Kami masih memiliki pasar ekuitas yang kuat dan kemungkinan akan bertahan hingga Tahun Baru. Jika tidak terjadi apa-apa secara geopolitik maka pasar mata uang tetap tenang selama beberapa hari ke depan,” tambahnya.

Penurunan suku bunga The Fed

Pelemahan dolar AS baru-baru ini –indeks diperkirakan mencatat penurunan dua bulan berturut-turut– dipicu oleh antisipasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed di tahun depan. Hal tersebut akhirnya mengurangi daya tarik mata uang tersebut.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Penutupan Perdagangan: IHSG Bertahan di Zona Penguatan
Next Post Kemenperin Bidik Pasar Global Lewat Pameran Internasional

Member Login

or