Melalui Daily Write Up bertajuk Indonesia Strategy – September: Battling the incoming headwinds, analis Mirae Sekuritas Hariyanto Wijaya mengatakan pertumbuhan laba bersih yang kuat. Laba bersih agregat 2Q22 tumbuh kencang 65,6% YoY tetapi melambat triwulanan (-9,0% QoQ), karena lonjakan harga soft commodities di 2Q22. Pertambangan merupakan sektor dengan pertumbuhan laba bersih yang paling besar.
|Baca juga: Meski Rugi, GOTO Masuk Indeks LQ45, IDX30 dan IDX80
Sementara itu, ekonom Mirae merevisi perkiraan suku bunga BI menjadi 4,5% di akhir tahun 2022 dikarenakan oleh ekspektasi lonjakan inflasi FY22 menjadi 7,13% sebagai dampak dari kenaikan harga bahan bakar bersubsidi baru-baru ini.
Berdasarkan penilaian Mirae dari siklus kenaikan suku bunga sebelumnya dan saat ini, Hariyanto percaya bahwa: pertama, sektor energi, terutama sektor yang terkait dengan batu bara harus terus berkinerja bagus karena sektor tersebut diuntungkan oleh harga komoditas yang tinggi.
Kedua, sektor keuangan berkinerja positif dikarenakan kenaikan suku bunga. Ketiga, sektor consumer staples tetap tangguh di balik visibilitas laba bersihnya. Dan keempat, sektor properti terkena dampak negatif dari kenaikan suku bunga.
|Baca juga: AMRT, BFIN, EMTK, HRUM, dan WSKT Jadi Penghuni Baru Indeks LQ45
Hariyanto mengatakan pihaknya mencatat bahwa sektor bank dan consumer staples adalah sektor yang outperform terhadap kenaikan harga BBM. “Kami menambahkan dua bank, yaitu BBRI dan BMRI ke stock picks dengan sektor pilihan nya pertambangan batu bara, consumer staples, dan bank yaitu ADRO, ITMG, PTBA, UNTR, ICBP, BTPS, BBRI dan BMRI.”
Per 5 September 2022, stock pick dengan bobot yang sama menghasilkan akumulasi return 79,5% (vs akumulasi return IHSG 13,2%) sejak dimulainya monthly stock pick di Agustus 2019. Oleh karena itu, stock picks mengungguli IHSG sebesar 66,3%.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News