Media Asuransi, JAKARTA – Pemerintah memperkirakan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022 bisa mencapai 3,92% dari produk domestik bruto (PDB). Jauh lebih rendah dibandingkan dengan asumsi awal, yaitu 4,85% terhadap PDB.
Dengan demikian, jumlah utang tunai yang ditarik pemerintah juga akan lebih kecil, yaitu Rp1.195 triliun. Indonesia selamat dari tambahan utang baru Rp221 triliun.
Baca juga: Perkenalkan, Wanita Indonesia Pertama Pendiri Startup Unicorn
“Ini satu hal menggambarkan Indonesia memiliki APBN yang kerja keras namun tahun ketiga Covid-19 mulai pulih,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis, 11 Agustus 2022.
Sri Mulyani mengemukakan, pembiayaan tahun lalu mencapai Rp 487,4 triliun. Sementara pada tahun ini, pemerintah baru menerbitkan utang Rp223,9 triliun, atau turun 54% khususnya untuk SBN Neto.
“Sedangkan pinjaman turun Rp169,7, APBN makin diupayakan pulih,” jelasnya.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) masih akan menerbitkan surat utang hingga akhir tahun, termasuk yang denominasi valuta asing (valas). Penerbitan akan disesuaikan dengan kebutuhan belanja dan kondisi pasar.
Baca juga: Harga Emas Masih Berpotensi Tertekan
“Kondisi global masih challenging diliputi ketidakpastian, kita tetap oportunistik, fleksibel namun prudent. Kami in pipe line global bond 2 kali namun nanti untuk eksekusi atau pelaksanaannya akan selalu fleksibel dari sisi timing, size, dan mata uangnya,” ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, Lucky Alfirman, pada kesempatan yang sama.
Pemerintah masih mengoptimalisasikan bantuan dari Bank Indonesia (BI) lewat SKB III, yang hingga sekarang baru terealisasi Rp21,8 triliun. Pemerintah juga akan meningkatkan partisipasi ritel dalam kepemilikan surat berharga negara. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News