1
1

Sang Sultan KPR di Indonesia

Gedung BTN. | Foto: Doc

Media Asuransi, JAKARTA – Kondisi sektor properti global tampaknya masih dihantui ketidakpastian. Setidaknya itu yang terlihat di China yang sampai saat ini krisis properti terus menggerogoti perekonomian di negara dengan ekonomi terbesar nomor dua dunia itu. Namun untungnya, hal tersebut tidak memengaruhi kinerja sektor properti di Indonesia.

Hal itu lantaran pasar properti di Tanah Air belum terkoneksi dengan pasar properti global. Bisa dibilang, pasar properti di Indonesia relatif ‘tradisional’ yang belum melibatkan instrumen keuangan yang global wide. Misalnya, pasar properti di Indonesia belum memanfaatkan instrumen real estate investment trusts (REITs) yang dapat diperdagangkan di pasar global.

Selain itu, relasi korporasi properti di Indonesia dengan korporasi offshore juga masih terbatas. Sehingga krisis keuangan korporasi properti di luar negeri sejauh ini tidak berdampak bagi korporasi properti di Indonesia. Kondisi ini justru menjadi angin segar bagi pelaku properti, termasuk industri perbankan Tanah Air yang ikut menikmati kue bisnis di properti.

Penyaluran rumah subsidi melalui FLPP melonjak

Sementara itu, Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) memberikan sinyal bahwa penyaluran rumah subsidi melalui dana FLPP bakal melonjak jadi 220 ribu unit pada 2024. Peningkatan itu diharapkan membantu masyarakat memiliki rumah yang layak huni dan terjangkau dari segi harga.

Komisioner BP Tapera Adi Setianto menjelaskan pada awalnya pemerintah dalam rencana kerja Tahun Anggaran 2024 menganggarkan bantuan pembiayaan perumahan FLPP senilai Rp13,73 triliun yang diproyeksi hanya mampu menyuplai sebanyak 166 ribu unit. Namun sesuai arahan pemerintah, target 2024 berpotensi mengalami lonjakan.

Sedangkan sepanjang 2023, BP Tapera tercatat menyalurkan sebanyak 229 ribu unit yang berhasil dicapai lebih awal 13 hari dibandingkan dengan target FLPP pada 2022 sebesar 226 ribu unit. Jika dirinci, penyaluran dana FLPP 2023 disalurkan oleh 40 bank penyalur.

|Baca juga: Rekor Tertinggi, Danamon Salurkan Kredit Rp174,9 Triliun di 2023

Perinciannya, dari 229 ribu unit yang telah tersalurkan sebanyak 228.914 unit di antaranya merupakan rumah tapak senilai Rp26,31 triliun dan 86 unit rumah susun senilai Rp11,94 miliar. Dalam konteks itu, 10 bank penyalur tertinggi dalam penyaluran dana FLPP sepanjang 2023 terdiri dari BTN sebanyak 126.269 unit, diikuti BTN Syariah 35.205 unit, dan BRI 22.076 unit.

Posisi keempat diduduki BNI sebanyak 14.193 unit, BJB sebanyak 7.744 unit, BSI sebanyak 4.360 unit, Bank Mandiri sebanyak 3.343 unit, BJB Syariah sebanyak 2.566 unit, Bank Sumselbabel sebanyak 1.910 unit, serta Bank Sumselbabel Syariah sebanyak 1.230 unit.

Untuk 2024, BP Tapera sudah merilis daftar 31 bank yang berkomitmen menyalurkan KPR rumah subsidi melalui FLPP. Dalam dokumen yang dibagikan BP Tapera, sebanyak 31 bank tersebut akan menyalurkan 232.101 unit rumah subsidi dengan nilai mencapai Rp29,24 triliun.

Ketimbang realisasi penyaluran FLPP tahun sebelumnya, nilai komitmen penyaluran FLPP pada 2024 mengalami kenaikan. Pada 2023, BP Tapera menyalurkan KPR FLPP mencapai Rp26,32 triliun. Sedangkan dari 31 bank penyalur, BTN kembali menjadi bank dengan komitmen penyaluran FLPP paling jumbo pada 2024 yakni mencapai 124.500 unit senilai Rp15,68 triliun.

Sultan KPR

Adi Setianto mengungkapkan BTN memang rutin menduduki posisi pertama sebagai bank penyalur rumah subsidi FLPP. Jika menelisik dari data itu, tak dipungkiri BTN masih menjadi bank yang belum terkalahkan dari sisi penyaluran kredit di sektor perumahan. Karenanya tak berlebihan jika BTN disebut sebagai sultan KPR di Indonesia.

Dari sisi kinerja, BTN mencatat penyaluran kredit tembus Rp333,7 triliun hingga Desember 2023 atau naik 11,9 persen secara tahunan (yoy). Pertumbuhan kredit ini lebih tinggi daripada aset yang naik 9,1 persen yoy pada periode yang sama. Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu menegaskan KPR jadi motor terbesar penggerak kinerja mesin bisnis BTN.

Nixon membeberkan KPR berkontribusi Rp257,92 triliun atau 86,96 persen terhadap total portofolio kredit bank. Segmen KPR subsidi tercatat melonjak 10,9 persen yoy dan nonsubsidi mencetak pertumbuhan rekor tertinggi setelah covid-19 atau sebesar 9,5 persen yoy.

Menariknya, pertumbuhan kredit ini diimbangi dengan kualitas penyaluran kredit. Pada periode yang sama, kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) BTN turun menjadi 3,01 persen dibandingkan dengan Desember 2022 yang berada di angka 4,8 persen. Berangkat dari angka itu, Nixon yakin, NPL pada 2024 bisa berada di area tiga persen.

|Baca juga: BTN Dukung Pengembangan UMKM

Tak berhenti sampai di situ, Nixon menambahkan, per 10 Desember 2023, BTN tercatat sudah resmi 47 tahun melayani KPR. Selama 47 tahun menyalurkan KPR, BTN sudah mewujudkan impian sekitar 5,6 juta masyarakat Indonesia beserta keluarganya memiliki hunian yang layak dengan nilai pembiayaan fantastis yakni sekitar Rp470 triliun.

BTN cukup pede sektor properti Indonesia bakal terus tumbuh signifikan lantaran rasio KPR terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih tertahan di angka tiga persen, atau jauh di bawah negara-negara tetangga di ASEAN. Selain itu, masih terdapat 12,7 juta keluarga yang belum memiliki rumah dan 1,8 juta pernikahan baru setiap tahunnya.

Tak hanya itu, diramal terdapat tambahan 77 juta orang Indonesia yang akan digolongkan sebagai segmen berpendapatan menengah pada 2025. Hal ini ditopang pula dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai aspek.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah Redjalam menilai, BTN punya tugas tidak mudah karena ada mandat dari pemerintah yang meminta BTN menjadi agen perubahan sekaligus penyedia rumah untuk seluruh lapisan masyarakat. Meski tak mudah, tapi Piter meyakini masyarakat akan selalu ingat di balik rumah milik rakyat selalu ada peran BTN didalamnya.

Senada dengan BTN, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI juga menyatakan siap menyediakan fasilitas pembiayaan KPR Sejahtera FLPP. Dalam kaitan itu, BRI memiliki komitmen menyalurkan KPR FLPP di 2024 sebanyak 20 ribu unit.

Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani menyebutkan hal itu berdasarkan tren permintaan dari masyarakat berpenghasilan rendah yang terus meningkat terhadap rumah subsidi lewat aplikasi Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan (SIKASEP) milik Kementerian PUPR.

Handayani menjelaskan jika merujuk dari potensi aplikasi SIKASEP terkait permintaan dari MBR atas rumah Subsidi FLPP maka masih terdapat 18 ribu unit lebih yang dapat dilakukan proses kredit. Kondisi tersebut juga menunjukkan permintaan rumah subsidi masih tinggi meski terjadi kenaikan harga rumah KPR subsidi.

Meski demikian, dirinya tak menampik muncul tantangan sejalan melimpahnya penawaran rumah subsidi yang dibangun/dijual oleh pengembang. Karenanya, bank yang kini dinakhodai Sunarso ini berupaya melayani proses kredit secara cepat dan prudent serta memerhatikan kualitas rumah agar memberikan manfaat dan kepuasan kepada MBR.

Kredit kepemilikan rumah berpeluang tumbuh

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae memproyeksikan penyaluran kredit kepemilikan rumah berpeluang tumbuh di 2024. Hal itu didorong dari penerapan insentif PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk pembelian rumah.

Pertumbuhan kredit kepemilikan rumah sepanjang Januari-Oktober 2023 pun diyakini berlanjut di 2024. Dari sisi rumah tangga, lanjut Dian, kredit pemilikan rumah sampai Oktober 2023 melonjak sebanyak 12,61 persen secara tahunan. Pencapaian itu menjadi salah satu kontributor pertumbuhan kredit terbesar.

Di sisi lain, pemerintah terus melakukan berbagai bentuk dukungan untuk sektor perumahan, antara lain pemberian insentif fiskal termasuk fasilitas pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas rumah umum/tapak dan rumah susun, Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM), hingga FLPP.

Sejak 2010, pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk program FLPP dengan total sebesar Rp108,5 triliun yang disalurkan dalam bentuk dana bergulir maupun melalui Penyertaan Modal Negara (PMN). Secara keseluruhan, kinerja penyaluran dana FLPP dari 2010 hingga semester I-2023 adalah sebesar Rp111,46 triliun untuk membiayai 1,26 juta unit rumah.

|Baca juga: IFG Life Perkuat Digitalisasi untuk Sasar Nasabah Perorangan

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau PT SMF juga terus mendorong ketersediaan akses perumahan yang layak dengan harga terjangkau bagi masyarakat.

Sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kemenkeu, SMF diberi mandat mendukung peningkatan pembiayaan perumahan yang berkelanjutan dengan menyediakan sumber dana jangka menengah dan panjang bagi lembaga keuangan penyalur KPR melalui skema sekuritisasi KPR serta pembiayaan sekunder.

“Hal ini memerlihatkan perwujudan dari perhatian pemerintah khususnya APBN yang digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat,” pungkas Direktur Sekuritisasi dan Pembiayaan SMF Heliantopo.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Rekor Tertinggi, Danamon Salurkan Kredit Rp174,9 Triliun di 2023
Next Post Gandeng BPK, OJK Tingkatkan Kualitas Fungsi Pengawasan

Member Login

or