Media Asuransi, JAKARTA – Ajaib Sekuritas merekomendasikan netral untuk emiten sektor energi dengan dua saham pilihan yaitu AKRA dan PGAS.
Analis Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, mengatakan bahwa harga bahan bakar fosil di tahun 2022 mengalami lonjakan yang signifikan, dipicu oleh meningkatnya harga gas secara global khususnya di Eropa.
“Tingginya harga gas membuat permintaan bahan bakar substitusi melonjak, seperti batu bara yang dinilai memiliki harga lebih kompetitif. Berdasarkan data International Energy Agency (IEA) permintaan batu bara secara global menyentuh level 8 miliar ton di tahun 2022, sekaligus menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah,” jelasnya.
China dengan konsumsi batu bara terbesar secara global juga mengalami lonjakan permintaan meskipun aktivitas ekonomi dan industri terkontraksi akibat Zero Covid Policy. Permintaan batu bara di China masih tinggi karena gelombang panas meningkatkan permintaan listrik. Begitupun di India gelombang panas pada pertengahan tahunan lalu membuat permintaan batu bara menguat seiring konsumsi listrik yang meningkat.
Pada 2023, Secara sektoral kinerja sektor energi dalam pergerakan year to date (ytd) mengalami koreksi -5,04%. Terkoreksinya sektor energi sejalan dengan harga komoditas yang turun, seperti batu bara dan migas. Harga batu bara ICE Newcastle untuk kontrak bulan Maret saat ini tercatat di level US$ 237,5 per metrik ton, turun tajam dari puncaknya pada level US$450 per metrik ton di tahun lalu. Harga minyak WTI juga mengalami kontraksi dari puncaknya sebesar US$120 per barrel menjadi US$76 per barrel.
|Baca jugaL: MARKET REVIEW: IHSG Ditutup Positif, Saham GOTO Melonjak 9,7%
Terdapat beberapa faktor pendorong harga energi mengalami penurunan, di antaranya:
-
Industri manufaktur Eropa masih berada di level kontraksi yang menandakan aktivitas bisnis melemah karena output produksi dan permintaan juga turun. Sejalan dengan kenaikan suku bunga untuk menekan angka inflasi.
-
Inflasi yang mulai melandai akibat turunya harga energi.
-
Suhu musim dingin yang lebih hangat di kawasan Eropa menurunkan permintaan energi sebagai penghangat.
Di samping faktor pendorong harga batu bara terkoreksi, ada katalis positif terkait bahan bakar batu bara yang masih lebih murah dibandingkan dengan energi lainya, seperti gas. Alhasil, sumber energi tersebut masih menarik bagi pasar Asia dan India.
Melihat katalis turunnya harga energi di tahun 2023 dengan pertimbangan gangguan rantai pasok yang mulai teratasi. “Kami melihat emiten energi dengan diversifikasi bisnis berkelanjutan akan mendapatkan katalis positif. Beberapa emiten di sektor migas dan batu bara telah berencana dan memulai segmen bisnis pada energi terbarukan, seperti kendaraan listrik, membangun smelter nikel dan alumunium sebagai komponen kendaraan listrik, gasifikasi batu bara, serta memiliki bisnis penyewaan dan penjualan lahan,” katanya.
Namun, terang Ratih, rencana diversifikasi tersebut pastinya membutuhkan dana dan waktu, sehingga dia melihat pembagian dividen (dividend payout ratio) emiten energi di tahun 2023 akan minim, mengingat ekspansi tersebut membutuhkan cash flow yang sehat. Oleh karena itu, Ajaib merekomendasikan netral untuk sektor energi di tahun ini.
Secara teknikal Ratih melihat emiten energi dibawah ini yang masih menarik dicermati:
1. (Speculative Buy) AKRA di area Rp1.410-Rp1.425 dengan target harga pada resistance di level Rp1.580 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp1.350.
2. (Speculative Buy) PGAS di area Rp1.600-1.605 dengan target harga pada resistance di level Rp1.720 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp1.540.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News