1
1

Sektor Manufaktur di ASEAN Kehilangan Momentum Pertumbuhan  

Media Asuransi, JAKARTA – Data Purchasing Manufacture Index (PMI) terkini sektor manufaktur ASEAN mencatat perbaikan pada kondisi pengoperasian selama bulan Juni. Namun demikian, sektor manufaktur ASEAN dinilai kehilangan momentum pertumbuhan karena terjadi kontraksi baru pada aktivitas pembelian dan ketenagakerjaan.

Pertumbuhan output dan permintaan baru mengalami percepatan dibandingkan periode survei sebelumnya. Akan tetapi, perusahaan manufaktur juga melaporkan kontraksi baru pada aktivitas pembelian dan ketenagakerjaan.

Headline PMI tercatat di angka 52,0 pada bulan Juni, turun dari 52,3 pada bulan Mei, menandakan perbaikan solid secara keseluruhan pada kondisi kesehatan sektor manufaktur ASEAN. Namun demikian, selama dua bulan berjalan pertumbuhan berkurang hingga mencapai posisi terendah kedua pada periode ekspansi sembilan bulan saat ini.

Enam dari tujuh negara ASEAN menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan selama bulan Juni, dengan Singapura memimpin peringkat selama tujuh bulan berjalan. Terlebih lagi, tingkat perbaikan (59,3) tergolong mencolok dan sangat cepat naik ke posisi tinggi baru di seri ini. Kondisi pengoperasian juga membaik di sektor manufaktur Vietnam, meski pada kisaran yang lebih rendah.

Di angka 54,0 pada bulan Juni headline PMI Vietnam lebih cepat dibandingkan rata-rata jangka panjang. Hal yang sama terjadi juga di Filipina. Meski sedikit kehilangan momentum pertumbuhan, kenaikan terkini (53,8) tercatat sebagai yang tercepat ketiga sejak bulan November 2018 dan menunjukkan pertumbuhan selama lima bulan berturut-turut. Sedangkan di negara lain, ekspansi tingkat rendah terlihat di sektor manufaktur Thailand (50,7), Malaysia (50,4) dan Indonesia (50,2).

|Baca juga: PMI Manufaktur Menguat, Sinyal Positif Pertumbuhan Ekonomi

Sementara laju kenaikan di sektor manufaktur Malaysia mengalami percepatan, sektor manufaktur Thailand dan Indonesia dilaporkan mengalami perlambatan pertumbuhan masing-masing selama enam dan sepuluh bulan.

Terakhir, Myanmar mencatat penurunan kedua secara berturut-turut pada kondisi pengoperasian selama bulan Juni. Angka headline PMI turun ke posisi 48,2 menandakan penurunan yang lebih cepat dibandingkan dengan posisi pada bulan Mei.

Manufaktur ASEAN mencatat ekspansi tingkat sedang pada output selama periode survei terkini. Bukti anekdotal menunjukkan bahwa kondisi permintaan menguat mendukung pertumbuhan produksi. Pesanan ke pabrik juga mengalami ekspansi pada kisaran lebih cepat.

Namun demikian, setelah kenaikan tingkat sedang pada periode survei sebelumnya, perusahaan manufaktur ASEAN mencatat penurunan bisnis baru dari luar negeri.

Kenaikan persyaratan bisnis juga menyebabkan kenaikan inventaris input. Akibatnya, aktivitas pembelian kini naik setiap bulannya sejak bulan Oktober 2021. Namun demikian, tingkat kenaikan berkurang hingga posisi paling lemah dalam periode pertumbuhan sembilan bulan saat ini.

Di lain pihak, penurunan baru pada inventaris praproduksi dan tingkat ketenagakerjaan membebani angka headline. Beberapa responden beralasan bahwa kenaikan biaya berakibat pada penurunan stok pembelian dan juga menyebabkan PHK karyawan. Namun demikian, penurunan hanya pada kisaran marjinal.

Pada waktu yang sama, kinerja pemasok terus memburuk selama bulan Juni, dengan waktu pemenuhan pesanan kini terus diperpanjang selama 29 bulan berturut-turut. Namun demikian, sementara rantai pasokan masih tertekan, perpanjangan waktu pemenuhan pesanan berkurang dibandingkan bulan Mei.

|Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia Maret 2022 Menguat Lagi

Berkaitan dengan harga, beban biaya rata-rata naik pada akhir kuartal, dengan inflasi kini terjadi setiap bulan sejak bulan April 2020. Ditambah lagi, tingkat inflasi harga input mengalami percepatan pada bulan ini hingga mencapai rekor tertinggi ketiga dengan perusahaan menyalahkan lonjakan harga bahan baku dan energi.

Sejalan dengan kenaikan biaya input, biaya dari pabrik juga naik, sehingga memperpanjang periode pertarungan inflasi saat ini ke 20 bulan. Sementara tingkat kenaikan berkurang dari posisi bulan Mei, angka tersebut masih tergolong tajam dan di antara yang tercepat pada rekor.

Terakhir, kepercayaan diri di perusahaan manufaktur di seluruh wilayah ASEAN bertahan sangat positif. Perusahaan sangat berharap bahwa tingkat produksi akan naik dalam 12 bulan mendatang. Terlebih lagi, tingkat optimisme membaik dibandingkan kondisi pada bulan Mei.

Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom di S&P Global Market Intelligence mengatakan data PMI terkini menunjukkan bahwa sektor manufaktur ASEAN terus kehilangan momentum.

Meski tingkat produksi dan volume pesanan baru yang diterima naik, perusahaan mengurangi jumlah tenaga kerja, jumlah bahan baku dan barang setengah jadi yang dimiliki pada bulan Juni. “Pertumbuhan tercatat di empat dari tujuh negara peserta survei pada bulan Juni, Myanmar mencatat penurunan. Lonjakan inflasi, kekurangan bahan baku dan kenaikan harga energi, berdampak satu sama lain di masingmasing wilayah.”

Namun demikian, sambungnya, sentimen positif tersebar di seluruh sektor manufaktur ASEAN dengan para panelis berharap output akan mengalami perkembangan dalam 12 bulan mendatang.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Sompo Jadi Perusahaan Asuransi Asia Pertama yang Kesampingkan Sektor Batu Bara  
Next Post Bedah Saham: Melirik Prospek Emiten Kecantikan Victoria Care (VICI)

Member Login

or