Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini diperkirakan berpotensi melemah seiring dengan sentimen The Fed yang menguat lagi setelah rilis data inflasi konsumen AS.
Pengamat pasar keuangan dan komoditas, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa rupiah bisa melemah terhadap dolar AS hari ini karena sentimen The Fed.
Sentimen The Fed menguat lagi setelah data inflasi konsumen AS bulan Mei yang dirilis Jumat malam menunjukkan kenaikan inflasi tertinggi selama 40 tahun di 8,6%. “Inflasi AS yang masih belum menurun menjadi alasan bagi Bank Sentral AS untuk menjalankan kebijakan pengetatan moneter yang lebih agresif,” katanya kepada Media Asuransi, Senin, 13 Juni 2022.
|Baca juga: Rupiah Stabil, Indonesia Punya Modal Hadapi Risiko Ketidakpastian Global
Menurutnya, penguatan sentimen The Fed ini tercermin di kenaikan yield obligasi pemerintah AS. Yield tenor 10 tahun kembali mendekati level 3,2% yang adalah level tinggi tahun ini yang terjadi di bulan Mei lalu.
Sentimen pasar terhadap aset berisiko juga terlihat negatif. Indeks saham Asia dibuka negatif. Bitcoin juga bergerak menurun, sudah bergerak di bawah US$30.000.
Kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi global bakal menekan pertumbuhan ekonomi juga menjadi pemicu sentimen negatif pasar terhadap aset berisiko. Perekonomian Indonesia juga akan mendapatkan dampak negatif karena harga-harga pangan dan komoditi yang terus naik. “Potensi pelemahan ke arah Rp14.650, dengan support di kisaran Rp14.550.”
Sementara itu pada perdagangan akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot ditransaksikan menguat 0,09% ke level Rp14.553 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan melemah 0,10% ke level Rp14.569 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News