Media Asuransi: Di tengah kabar peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara dan potensi kenaikan kasus di Indonesia jelang perayaan Lebaran, kinerja imbal hasil reksa dana malah mencatatkan performa positif sepanjang April 2021, reksa dana pendapatan tetap mencatatkan kinerja tertinggi sebesar 1,25%.
Berdasar Weekly Mutual Funds Update PT Infovesta Utama yang dikutip Media Asuransi, Selasa, 4 Mei 2021, reksa dana jenis saham, campuran, pendapatan tetap, dan pasar uang, mencatatkan kinerja positif sepanjang bulan April.
Baca juga: Widi Mulia: Pilih Berinvestasi di Reksa Dana untuk Masa Depan Anak
“Kinerja tertinggi diraih oleh reksa dana pendapatan tetap sebesar 1,25%. Hal tersebut didukung oleh tingkat imbal hasil obligasi tenor 10 tahun yang kembali turun,” tulis Infovesta.
Tingkat imbal hasil obligasi 10 tahun Amerika Serikat dan Indonesia sepanjang bulan April turun sebesar 6,70% ke level 1,63% dan turun 4,92% ke level 6,48%. Total kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang bulan April hingga 28 April juga mencatat kenaikan cukup signifikan sebesar Rp30,17 triliun.
Penguatan kinerja reksa dana pendapatan tetap, tidak lepas dari dukungan Bank Sentral yang mempertahankan kembali tingkat suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo selama 3 bulan berturut-turut di level 3,5% serta Credit Default Swap (CDS) 5 Years Indonesia turun ke level 77,07 sepanjang bulan April atau turun 11,96 poin, yang menandakan persepsi risiko terhadap obligasi Indonesia kian menurun.
Baca juga: Investasi Reksa Dana Kuartal I/2021, Imbal Hasil Masih Mengecewakan
Dari sisi data ekonomi, IHS Markit Indonesia Manufacturing PMI naik ke rekor tertinggi baru 54,6 pada April 2021 dari 53,2 pada Maret. Pada pekan ini, investor juga akan mengamati rilis data inflasi dan Pertumbuhan Produk Domestik bruto (PDB) kuartal I/2021 yang diperkirakan masih mengalami kontraksi sebesar -0,1%.
“Oleh karena itu, reksa dana pendapatan tetap masih menarik untuk dilirik, namun investor perlu mengamati potensi capital inflow oleh investor asing yang dipengaruhi oleh sentimen seperti data makro ekonomi dan progress vaksinasi Indonesia.”
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, terdapat tiga jenis indeks reksa dana yang mencatat imbal hasil negatif, yaitu kinerja reksa dana saham (-0.09%), reksa dana campuran (-0,14%), dan reksa dana pendapatan tetap (-0,10%).
Baca juga: Kinerja Reksa Dana Saham Tertinggal dari IHSG
Sementara itu reksa dana pasar uang menjadi satu-satunya jenis reksa dana yang mencatatkan return positif (0,06%). Pelemahan reksa dana saham didorong oleh penurunan pasar saham dengan IHSG mencatatkan return negatif -0,35%. Namun, sebaliknya, penguatan tipis pada pasar obligasi pemerintah (0,05%) dan obligasi korporasi (0,07%) belum diikuti oleh kinerja reksa dana pendapatan tetap.
Peningkatan kasus Covid-19 di berbagai belahan dunia menimbulkan kekhawatiran terhadap kelanjutan pemulihan ekonomi global sehubungan dengan potensi diberlakukan kembali pembatasan sosial ataupun lockdown. Hingga saat ini, tiga negara dengan kasus Covid-19 terbanyak dipegang oleh Amerika Serikat (33 juta kasus), diikuti oleh India (19 juta kasus), dan Brasil (14 juta kasus). Di Indonesia, sepanjang tahun 2021 kasus Covid-19 harian justru turun 44,10% ke level 4.512 kasus baru per hari pada 1 Mei 2021. Namun demikian, datangnya hari raya Idul Fitri dikhawatirkan membuka potensi terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News