Salah satu upaya dan strategi yang dilakukan adalah menggandeng perusahaan milik Elon Musk, Space X, untuk memanfaatan satelit orbit bumi rendah Starlink.
Baca juga: Bank Indonesia: Utang Luar Negeri Indonesia Agustus 2021 Tetap Terkendali
Vice President Corporate Communication TLKM, Pujo Pramono, mengatakan bahwa pihaknya telah menyepakati terkait teknis pemanfaatan Starlink, proyek konstelasi satelit milik Space X. Namun, ia masih enggan membeberkan detil kerja sama tersebut lantaran perjanjian itu masih bersifat rahasia (non-disclosure agreement).
Starlink merupakan satelit orbit bumi rendah yang mampu memberikan kecepatan internet hingga puluhan Mbps dengan latensi rendah.
Rencananya, layanan satelit Starlink bisa dinikmati di seluruh dunia, kecuali Kutub Utara dan Kutub Selatan. Pembicaraan dengan Space X sudah dilakukan sejak Juli 2021. Namun, ternyata butuh waktu untuk menemukan titik terang.
Starlink diberitakan siap beroperasi di kawasan Asia pada akhir 2021 atau awal 2022. Khusus untuk di Indonesia, sebanyak 13.901 orang Indonesia menyatakan tertarik dengan layanan Starlink.
Bahkan, sekitar 415 orang dari jumlah itu sudah melakukan deposit senilai US$100 untuk bisa menggunakan layanan satelit yang beroperasi di orbit rendah tersebut. Dari dokumen seperti dikutip dari Bisnis Indonesia terungkap bahwa Space X akan membangun 25 gateway stasiun bumi di Indonesia dalam 1,5 tahun ke depan.
Baca juga: Neraca Perdagangan September Surplus US$4,37 Miliar
Sebanyak 6 stasiun bumi akan dibangun di Papua pada 2021. Pada pengembangan tahap awal, Starlink akan meluncurkan layanan ke konsumen. Melalui akun twitternya, CEO Space X, Elon Musk, pada September 2021 menyatakan proyek Starlink diluncurkan di bulan Oktober ini, mundur dari jadawal semulai yakni Agustus 2021.
Space X telah meluncurkan Starlink beta 10 yang beroperasi di 11 negara. Space X mengklaim Starlink Beta 10 memiliki kecepatan data berkisar 50Mbps – 150Mbps, dengan latensi 20 milidetik sampai 40 milidetik.
Sejauh ini, biaya berlangganan layanan internet satelit Starlink sekitar Rp1,45 juta per bulan dengan piranti penangkap sinyal seharga Rp7,26 juta.
Melalui kerja sama ini, maka TLKM akan dengan leluasa untuk menghadirkan layanan internet supercepat di Tanah Air dan membuat prospek bisnis peseroan kian menanjak.
Pada perdagangan kemarin, Kamis, 14 Oktober 2021, investor asing lanjut mengakumulasi saham TLKM dengan total nilai mencapai Rp183,98 triliun.
Dalam sebulan terakhir, net buy asing di saham TLKM tercatat sebesar Rp1,6 triliun. Adapun, sejak awal tahun, total nilai beli bersih asing TLKM mencapai Rp7,9 triliun. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News