Media Asuransi, JAKARTA – F5 (NASDAQ: FFIV) baru saja menerbitkan sebuah laporan hasil studi yang berisi pandangan menarik mengenai situasi perusahaan saat ini dalam mengadopsi sistem AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan artifisial.
F5’s 2024 State AI Application Strategy Report mengungkap bahwa sementara 75 persen korporasi mengadopsi sistem AI dalam operasi bisnisnya, 72 persen dari jumlah tersebut justru melaporkan adanya isu pada kualitas data serta inkompetensi data yang signifikan pada pengadopsian sistem tersebut.
Sementara itu, data dan sistem telah diimplementasikan oleh korporasi dengan tujuan mengumpulkan, memproses, dan mengamankan sebagai proses kritikal dalam pengadopsian dan optimalisasi pengadopsian sistem AI.
|Baca juga: Mengintip Prediksi dan Proyeksi Cyber Security di 2024 dari F5
“AI merupakan sumber daya yang mendisrupsi, yakni dapat membantu korporasi dalam berinovasi dan menyediakan layanan digital yang tidak tertandingi. Akan tetapi, implementasi dari sistem AI sangatlah rumit, karena apabila dilakukan tanpa pendekatan yang tepat dan aman, hal tersebut sebaliknya dapat meningkatkan risiko atau mengancam keamanan korporasi tersebut” ungkap Executive Vice President dan Chief Technology Officer F5, Kunal Anand, dikutip dari keterangan resminya, Rabu, 26 Juni 2024.
“Laporan terbaru kami menyorot sebuah tren topik yang yang secara signifikan yaitu banyak korporasi, yang dalam keinginan mereka untuk mengimplementasikan sistem AI, kurang memperhatikan kebutuhan atas fondasi yang kokoh. Ketidaktelitian ini tidak hanya menyebabkan penurunan efektivitas dari sistem AI namun juga membawa perusahaan kepada ambang ancaman keamanan,” ujarnya.
Sebagaimana korporasi memiliki misi untuk terus mengembangkan layanan digital berbasis AI, studi ini menyoroti tantangan-tantangan yang mereka hadapi pada keseluruhan infrastruktur data, model, pengaplikasian layanan, serta lapisan-lapisan yang harus bisa diatasi agar bisa dicapai adopsi dan pengaplikasian sistem AI yang luas dan sukses.
Organisasi korporasi sangat antusias terhadap potensi generatif AI. Responden menyatakan bahwa hal ini merupakan salah satu yang paling menarik dari tren teknologi 2024. Namun pada kenyataanya, hanya 24 persen dari responden yang menyatakan bahwa mereka telah mengimplementasikan AI dalam operasionalnya.
Meskipun penggunaan generatif AI saat ini terus meningkat, masih sangat jarang dipergunakan untuk tujuan yang strategis. Berdasarkan studi ini, penggunaan generatif AI yang paling sering dipergunakan adalah kopilot dan alat produktivitas karyawan (40 persen), dan fitur layanan konsumen seperti chatbots (36 persen). Workflow automation (36 persen) juga termasuk dalam prioritas teratas dalam penggunaan AI.
|Baca juga: Multipolar Technology Permudah Penerapan Multicloud dengan F5 Cloud Services
Hambatan dalam Implementasi AI pada Infrastruktur dan Lapisan Data
Ketika para pemimpin korporasi mengkaji tantangan dalam menerapkan aplikasi berbasis AI dalam skala besar, mereka menyebutkan tiga masalah utama yang dihadapi pada lapisan infrastruktur, yakni:
– 62 persen menyatakan biaya komputasi merupakan pertimbangan utama dalam perluasan penggunaan AI.
– 57 persen menyatakan kekhawatiran akan kualitas sistem keamanan. Untuk menavigasi permasalahan ini, responden mengestimasi akan menggunakan dana 44 persen lebih banyak untuk mengatasi permasalahan keamanan tersebut setidaknya untuk beberapa tahun ke depan selama pengembangan dilakukan.
– Lebih dari separuh responden (55 persen) menyatakan hasil kinerja di seluruh aspek model ini menjadi pertimbangan dalam penerapan AI.
– 72 persen responden studi menyebutkan kualitas data dan ketidakmampuan untuk meningkatkan praktik data sebagai rintangan utama dalam meningkatkan skala AI.
– 53 persen menyebutkan kurangnya keahlian AI dan data sebagai hambatan utama.
– Meskipun 53 persen perusahaan menyatakan bahwa mereka memiliki strategi pengelolaan data yang jelas, lebih dari 77 persen organisasi yang disurvei menyatakan bahwa mereka tidak memiliki sumber data tunggal.
Mengacu pada laporan hasil studi ini, keamanan siber merupakan kekhawatiran utama bagi personil yang bertugas untuk memberikan layanan AI secara langsung. Faktor seperti serangan berbasis AI, keamanan data, kebocoran data, dan meningkatnya beban tantangan, berada pada rangkaian teratas pada daftar kekhawatiran dari penggunaan AI.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News