Melalui Daily Write Up bertajuk Banks (Overweight) – Banking sector update: A long-awaited BI rate hike, analis Mirae Sekuritas, Handiman Soetoyo, mengatakan setelah 18 bulan menahan BI7DRR sejak Februari 2021, BI baru-baru ini menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan Agustus mengingat tekanan inflasi telah meningkat.
“Menurut kami, kenaikan suku bunga merupakan langkah yang dinanti karena meningkatnya inflasi dan pelemahan rupiah secara bertahap terhadap mata uang utama. Oleh karena itu, kami mengapresiasi keputusan BI menaikkan suku bunga,” jelasnya.
|Baca juga: Transaksi Digital Banking Naik 27,82 Persen Menjadi Rp4.359,7 Triliun
Terkait likuiditas, Handiman percaya dampaknya akan minimal karena sistem keuangan masih memiliki likuiditas yang cukup meskipun GWM naik. Handiman juga percaya bahwa pertumbuhan kredit yang tinggi dapat dipertahankan karena mobilitas masyarakat yang terus meningkat. Harga komoditas yang lebih tinggi juga akan terus mendorong permintaan kredit di industri terkait.
“Kualitas aset adalah perhatian terbesar kami untuk saat ini. Meskipun kami percaya bahwa dampak negatifnya kecil (bukan nol), beberapa bisnis dengan utang besar akan lebih rentan,” tambahnya.
Setelah kenaikan BI rate, Handiman percaya bahwa akan ada ruang terbatas bagi bank untuk mengurangi CoF lebih lanjut, yang telah menjadi salah satu pendorong laba utama dalam 1-2 tahun terakhir. Sementara itu, kenaikan BI rate akan berdampak pada kenaikan imbal hasil surat berharga seperti fasilitas deposito BI dan obligasi pemerintah.
Handiman percaya bahwa kenaikan BI7DRRR akan lebih berdampak positif bagi bank-bank yang berada di bawah coverage Mirae Sekuritas.
“BBRI dan BMRI tetap menjadi pilihan utama kami karena kedua bank itu adalah yang paling diuntungkan dari kenaikan suku bunga karena pertumbuhan kredit yang tinggi di segmen mikro/ritel, ditambah dengan proporsi simpanan yang membaik,” jelasnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News