Media Asuransi, JAKARTA – Keinginan untuk mengejar cuan atau keuntungan terkadang tidak disesuaikan dengan tujuan keuangan maupun profil risiko. Lantas, mana yang harus dijadikan pertimbangan utama dalam memilih instrumen investasi: potensi keuntungan, profil risiko, atau tujuan keuangan?
Tingkat toleransi terhadap risiko yang siap ditanggung oleh seorang investor disebut profil risiko. Profil risiko seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, tingkat pengetahuan tentang investasi, serta jumlah asset, dan kewajibannya. “Umumnya profil risiko dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu konservatif, moderat, dan agresif,” kata Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Dimas Ardhinugraha.
Investor konservatif hanya bersedia menghadapi volatilitas yang rendah atau bahkan tidak ingin ada volatilitas sama sekali. Investor konservatif mengutamakan keamanan dananya daripada potensi keuntungan yang bisa didapatkan dari dana yang dimilikinya saat ini.
Investor moderat siap menerima beberapa risiko terhadap dana yang dimilikinya dengan melakukan penempatan investasi yang seimbang antara instrumen investasi untuk jangka pendek hingga jangka panjang.
“Investor agresif berupaya untuk memaksimalkan keuntungan dengan berinvestasi pada instrumen investasi dengan tingkat risiko yang relatif tinggi,” kata Dimas dalam keterangan tertulis, Kamis, 30 September 2021.
|Baca juga: Isu Tapering Off, Investor Disarankan Pilih Investasi Berisiko Rendah-Moderat
Setiap investor harus jujur dan realistis tentang kemampuan dirinya dalam menghadapi perubahan pada dana modal investasinya. Dalam investasi ada istilah high risk high return. Investasi dengan potensi keuntungan yang tinggi memiliki tingkat tingkat risiko yang tinggi pula.
Namun, serakah mengejar keuntungan dengan melakukan penempatan dana modal yang terlalu banyak pada instrumen dengan risiko tinggi akan membuat investor panik dan melakukan penjualan pada waktu yang salah. Bukan keuntungan yang didapat, melainkan kerugian, kapok, dan menyalahkan instrumen investasi tersebut.
“Investor yang agresif umumnya sudah memahami pasar dengan baik. Jangan ikut-ikutan jika belum memiliki pengetahuan yang cukup,” jelasnya.
Dimas menyarankan agar dilakukan penyesuaian antara profil risiko dan tujuan keuangan. Tujuan keuangan yang baik akan mencantumkan jumlah dana yang dibutuhkan dan kapan dana tersebut akan digunakan. Tujuan keuangan harus dibuat secara realistis, disesuaikan dengan kemampuan seseorang dalam menyisihkan sebagian dari penghasilannya, dan disesuaikan dengan profil risiko.
Profil risiko sangat penting dalam investasi. Oleh karena itu Dimas menyarankan agar jika perlu, ubahlah tujuan keuangan dan sesuaikan dengan profil risiko. “Jangan memaksakan melakukan penempatan dana pada instrumen investasi yang tidak sesuai dengan profil risiko, karena akan membuat pikiran tidak tenang dan kekhawatiran tersebut akan mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah. Akibatnya, tujuan keuangan malah tidak tercapai,” tuturnya.
|Baca juga: Minimalkan Risiko Investasi dengan Reksa Dana Saham
Menurutnya, diversifikasi portofolio investasi akan meminimalkan risiko dan mengoptimalkan tingkat pengembalian dana investasi. Sebagai contoh, investor dengan profil risiko konservatif, tidak disarankan untuk melakukan penempatan dana pada instrumen investasi yang berisiko tinggi seperti reksa dana saham.
Namun bukan berarti ia tidak boleh berinvestasi di reksa dana saham. Boleh, asalkan porsinya tidak besar. Dengan porsi yang kecil, reksa dana saham dapat berfungsi sebagai booster untuk menggenjot kinerja portofolio investasi investor yang konservatif.
Sebagai gambaran, menurut Dimas Ardhinugraha, reksa dana pasar uang Manulife Dana Kas II Kelas A (MDK) memberikan imbal hasil 1 tahun sebesar 3,79 persen pada periode akhir Agustus 2020 hingga akhir Agustus 2021. Imbal hasil ini melampaui tolok ukurnya (rata-rata bunga deposito 1 bulan net setelah pajak) yang sebesar 2,32 persen.
Pada periode yang sama, reksa dana pendapatan tetap Manulife Obligasi Unggulan Kelas A (MOU) mencatatkan imbal hasil 7,55 persen, melampaui tolok ukurnya (rata-rata bunga deposito 3 bulan net setelah pajak) yang sebesar 4,03 persen. Masih pada periode yang sama, reksa dana Manulife Saham Andalan (MSA) memberikan imbal hasil 1 tahun sebesar 60,81 persen, jauh melampaui tolok ukurnya (indeks IDX80) yang sebesar 5,54 persen.
“Agar tujuan keuangan dapat tercapai lebih cepat, sisihkan sebagian penghasilan tambahan atau ketika mendapatkan THR atau bonus untuk mengisi pos tujuan keuangan tersebut,” tambah Dimas. Edi
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News