Media Asuransi, JAKARTA – TransTRACK, berkolaborasi dengan Howen dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Empowering Mining Operation Efficiency through Fleet Technology Integration”.
Acara ini menjadi ajang strategis untuk membahas inovasi dan strategi terkini dalam operasional pertambangan, khususnya bagaimana teknologi terintegrasi dapat meningkatkan keselamatan, efisiensi, dan produktivitas.
Co–Founder & CTO TransTRACK, Aris Pujud Kurniawan, saat memberikan sambutan menegaskan pentingnya pemanfaatan teknologi berbasis IoT, AI, dan data analytics dalam mendukung sektor pertambangan. “Keselamatan dan efisiensi tidak dapat dipisahkan. Teknologi fleet management yang terintegrasi memungkinkan perusahaan tambang untuk meminimalkan risiko, meningkatkan produktivitas, sekaligus menjaga keberlanjutan operasional,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis, 25 September 2025.
|Baca juga:TransTRACK Dukung Program Elektrifikasi Kendaraan Pemerintah Provinsi Bali
Sementara itu dari perspektif regulator, Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan, mengatakan bahwa keselamatan transportasi jalan pada industri tambang harus dilihat dari kacamata mitigasi risiko. “Keselamatan adalah terhindarnya seseorang dari risiko kecelakaan. Jika tidak ingin celaka, maka pahami dan kendalikan hazard agar risiko menjadi semakin kecil,” katanya.
Menurut dia, banyak kecelakaan berawal dari pengemudi yang tidak kompeten, tidak bugar, atau tidak disiplin. “Di sinilah teknologi dapat menjadi faktor penting dalam pengendalian hazard tersebut,” jelasnya.
Menambahkan perspektif global, Vice President of Sales at Howen, Judy Zhu, menekankan bahwa integrasi teknologi adalah fondasi bagi masa depan industri pertambangan. “Dengan menggabungkan sensor pintar, telematika, dan telematika video berbasis AI termasuk perangkat keras dan platform, perusahaan tambang dapat mempercepat transformasi digital, meningkatkan efisiensi biaya, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif,” tuturnya.
Kolaborasi teknologi ini juga mendapat dukungan nyata dari industri pengguna. PT Bukit Asam Tbk (PTBA), sebagai salah satu pelanggan TransTRACK di sektor pertambangan, membagikan pengalaman mereka dalam mengadopsi teknologi MDVR.
|Baca juga: TransTRACK Sasar Pasar Halal Regional
Department Head of Mine Operation Control & Support PTBA, Taupan Ariansyah Putra, menjelaskan bahwa faktor driver’s fatigue masih menjadi salah satu penyebab utama insiden di area tambang. “Data internal menunjukkan tren penurunan signifikan, yakni 48 persen insiden pada 2023 atau ada enam kejadian, kemudian 36 persen pada 2024 atau ada lima kejadian, hingga 21 persen pada 2025 atau ada tiga kejadian, setelah penggunaan teknologi monitoring dari TransTRACK,” jelasnya.
Lebih lanjut Taupan memaparkan berbagai tantangan operasional seperti overspeed di hauling road, perilaku operator unit yang tidak sesuai SOP, serta keterbatasan pengawasan lapangan. Semuanya kini dapat diatasi dengan solusi MDVR TransTRACK melalui alarm peringatan kecepatan, pemantauan video dan komunikasi dua arah secara realtime, GPS tracking posisi unit, hingga rekaman video lengkap sebagai bukti tambahan insiden.
“Penggunaan MDVR pada setiap unit alat merupakan bentuk investasi kami dalam upaya continuous improvement dan evaluasi internal di bidang K3. Teknologi ini menjadi langkah preventif yang dipadukan dengan kecerdasan buatan (AI), sehingga efisiensi waktu dalam pengawasan lapangan dapat tercapai secara realtime. Semua ini kami lakukan demi mencapai tujuan Zero Accident Bukit Asam,” tegas Taupan.
Melalui FGD ini, TransTRACK bersama Howen dan KNKT menegaskan komitmen bersama dalam membangun ekosistem operasional pertambangan yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan. Sinergi antara teknologi, regulator, dan industri diharapkan dapat menjadi model kolaborasi untuk mendorong transformasi keselamatan dan produktivitas sektor pertambangan di Indonesia.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News