1
1

Trump Ancam Kenakan Tarif 100% ke Negara BRICS

Presiden AS dari Partai Republik Donald Trump. | Foto: NYT

Media Asuransi, GLOBAL – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengingatkan akan mengenakan tarif perdagangan 100% pada kelompok negara BRICS atas upaya mereka untuk menciptakan mata uang mereka sendiri dan menjauh dari dollar.

“Gagasan bahwa Negara-negara BRICS tengah berupaya menjauh dari Dolar, sementara kita berdiam diri dan menonton, sudah BERAKHIR,” Trump memperingatkan dalam sebuah posting Truth Social pada Jumat, 31 Januari 2025.

|Baca juga: Market Brief: Dow Jones Pimpin Penguatan Bursa Wall Street Jelang Pelantikan Trump

Trump menuntut komitmen dari kelompok tersebut yang sebagian besar terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, Iran, Ethiopia, Uni Emirat Arab dan Afrika Selatan bahwa mereka tidak akan meluncurkan mata uang baru menggantikan dollar AS dalam perdagangan internasional.

Trump pada Sabtu kemarin secara resmi telah mengenakan tarif 25% pada ekspor Kanada dan Meksiko ke Amerika Serikat jika kedua negara itu tidak menghentikan pengiriman fentanil melintasi perbatasan AS. Langkah AS ini juga untuk menekan Meksiko menutup perbatasannya bagi para imigran yang masuk ke AS.

|Baca jugaMarket Brief: Dow Jones Pimpin Penguatan Bursa Wall Street Jelang Pelantikan Trump

AS juga resmi mengenakan tarif 10% pada barang asal China. Tak lama Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau membalasa kebijakan tarif Trum dan mengumumkan tarif 25% pada barang asal AS. Namun Trump mengingatkan negara-negara yang membalas kebijakan tarif akan mendapat ‘hukuman’ lebih kejam.

Sebuah studi oleh Pusat GeoEkonomi Dewan Atlantik tahun lalu menunjukkan bahwa dolar AS tetap menjadi mata uang cadangan utama dunia, dan baik euro maupun negara-negara yang disebut BRICS tidak mampu mengurangi ketergantungan global pada dolar

Dampak ke Rupiah

Dampak perang tarif sudah terlihat pada rupiah. Pada ujung Januari, 31 Januari 2025, Rupiah melemah sebesar 49 poin atau 0,30 persen menjadi Rp16.305 per dollar AS.

Pengamat mata uang, Ariston Tjendra mengatakan investor sedang mempertimbangkan kemungkinan tarif AS bersamaan dengan serangkaian perintah eksekutif dan pengumuman kebijakan Trump.

Bank Sentral AS pasca-rapat moneternya Rabu pekan lalu  menyampaikan gambaran yang positif mengenai perekonomian AS terutama situasi ketenagakerjaan di AS. Hasil ini bisa mengubah persepsi pasar bahwa Bank Sentral AS mungkin akan lebih sedikit memangkas suku bunganya tahun ini.

Apalagi kebijakan tarif Trump bisa memicu kenaikan inflasi di AS karena kenaikan barang-barang konsumsi yang diimpor.

Editor: Irdiya Setiawan

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post BRI Akan “Buyback” Saham Senilai Rp3 Triliun
Next Post JAECOO J7 SHS, SUV Hybrid dengan Teknologi Baterai Canggih

Member Login

or