Media Asuransi, JAKARTA – Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di startup juga telah terjadi di India. Bahkan ini terjadi hanya dalam waktu singkat dengan jumlah yang cukup banyak.
Dalam lima bulan terakhir, dilaporkan perusahaan rintisan negara itu telah memangkas 6.000 karyawan. Namun Business Insider melaporkan, gelombang PHK itu tak menghentikan peluncuran startup baru.
Baca juga: Putin Sakti, Uni Eropa Kembali Gagal Berikan Sanksi ke Rusia
Salah satu pendiri Glamyo Health, Archit Garg buka suara soal hal ini. Dia mengatakan PHK lebih tinggi mencapai 10 kali lipat dari jumlah saat ini, yakni 60 ribu karyawan.
“Sayangnya ada lebih banyak rasa sakit di ekosistem dan lingkungan pendanaan bisa memakan waktu 6-9 bulan untuk kembali normal, jadi kemungkinan jumlah sebenarnya akan menjadi 10 kali lipat dari ini karena saya memperkirakan ada lebih banyak kabar negatif yang akan didengar di tahun depan dalam waktu dekat,” kata Garg, dikutip dari Business Insider, Senin (30/5).
Korban dari masalah ini disebutkan adalah karyawan dari startup teknologi pendidikan atau edu-tech. Ini dikarenakan para murid akan kembali ke sekolah.
Sebagai informasi, tahun ini perusahaan seperti Ola, Unacademy, Vedantu melakukan PHK pada lebih dari 3.600 karyawan.
Baca juga: Jokowi Restui Sri Mulyani Pangkas Anggaran Para Menteri
“Dengan terjadinya krisis yang signifikan di sektor edtech India, kurangnya kejelasan dalam struktur dan proses menjadi penghalang,” ujar Naveen Jangir, salah satu pendiri perusahaan HRTech Incluzon.
Direktur pelaksana dan salah satu pendiri iXcedd Solutions, Yogita Tulsinai mengatakan seluruh startup akan terpengaruh masalah ini. Yakni akan terjadi baik pada startup yang didanai rendah bahkan tinggi.
Pada awal pandemi sebagian besar perusahaan dilaporkan banyak merekrut karyawan secara agresif. Namun pada akhirnya saat ini tidak bisa menanggungnya lagi.
Sementara itu salah satu pendiri platform perekrutan Instahyre, Sarbojit Mallick, mengatakan tiap perusahaan punya rencana jangka panjang dan skenario yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun hal ini akan memengaruhi perekrutan serta ukuran tim pada perusahaan tersebut.
Sujata Pawar, salah satu pendiri dan CEO startup perawatan menstruasi Avni, mengatakan startup yang gagal mengelola runway dan mengembangkan bisnis dengan hati-hati akan dikenakan PHK.
Tsunami PHK memang telah menghantam banyak startup di sejumlah negara, termasuk di Indonesia. Perusahaan rintisan itu memangkas karyawannya dalam beberapa bulan terakhir. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News