1
1

Variabel Ekonomi Berperan Penting dalam Penentuan Premi dan Klaim Bruto

Ilustrasi Premi Asuransi. | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – Studi yang dilakukan oleh IFG Progress, unit think thank Indonesia Financial Progress (IFG), menunjukkan variabel-variabel makroekonomi, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) dan pertumbuhannya, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar mata uang berperan penting dalam menentukan premi dan klaim bruto.

Peran variabel makroekonomi ini konsisten dan robust antara negara OECD dan non-OECD, perbedaan hanya terdapat pada respons terhadap tingkat suku bunga.

Dalam Economic Bulleting – Issue 21 bertajuk Nexus antara Variabel Makroeknomi terhadap Premium dan Klaim Industri Asuransi-Perbandingan Antar Negara, Tim Riset IFG Progress yang dipimpin oleh Reza Yamora Siregar memaparkan bahwa sektor asuransi pada dasarnya memiliki peranan penting dalam perekonomian, khususnya dalam menanggung berbagai potensi risiko serta ketidakpastian yang dialami oleh masyarakat dan dunia usaha.

|Baca juga: Studi IFG Progress: Pendapatan Naik 40 Persen, Baru Mau Jadi Peserta Dana Pensiun

Ketika terdapat risiko yang tidak diantisipasi sebelumnya, masyarakat dan perusahaan dapat membebankan sebagian risikonya kepada sektor asuransi. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan agen perekonomian untuk jatuh ke jurang kebangkrutan dibanding jika risiko ditanggung sendiri. Peran pertanggungan risiko ini semakin krusial dalam beberapa dekade terakhir, terlebih ketika semakin tingginya risiko yang disebabkan oleh perubahan iklim (menyebabkan peningkatan frekuensi bencana alam), krisis finansial, hingga pandemi Covid-19 di tahun 2020.

Semenjak infeksi virus Covid-19 meluas di berbagai belahan dunia, sektor asuransi memainkan peranan yang lebih penting, baik dalam pertanggungan di bidang kesehatan, maupun di bidang lainnya seperti kredit perbankan. Sektor asuransi harus menghadapi tekanan dari sisi melemahnya permintaan serta melonjaknya klaim.

Selama periode pandemi (2020 – 2021), pertumbuhan premi melambat menjadi sekitar 1,2% (dibandingkan dengan lebih dari 4% per tahun antara 2010 dan 2020). Laba industri asuransi juga ikut turun sekitar 15% dari 2019, penurunan paling tajam terjadi di Asia-Pasifik (turun 36%) yang didorong oleh penurunan laba pada life insurance.

Di Indonesia, premi asuransi komersial pada tahun 2020 mencapai Rp242,46 triliun atau terkontraksi sebesar -7,34% year-on-year (yoy), di mana total premi asuransi komersial tercatat di tahun 2019 mencapai Rp261,66 triliun. Di samping peranan langsung tersebut, peran dari sektor asuransi juga terlihat pada perkembangan sektor industri lembaga keuangan lainnya. Penggunaan produk asuransi dapat mendorong adanya spillover-effect dalam adopsi produk keuangan lainnya seperti produk tabungan dan investasi, yang kemudian secara tidak langsung dapat memfasilitasi kemajuan ekonomi suatu negara.

|Baca juga: Bagaimana Premi Asuransi Pemilik Rumah Ditentukan?

Berdasar data dari tabel Input-Output Indonesia tahun 2016 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, ditemukan bahwa secara absolut, industri yang paling banyak tergantung terhadap asuransi antara adalah: Perbankan (±Rp 10 triliun), Asuransi dan real estat (±Rp 4 triliun) dan Layanan Pemerintah (±Rp 3,4 triliun).

Dengan kata lain, backward-linkage sektor asuransi kepada sektor-sektor lain terutama perbankan memiliki porsi yang sangat besar. Hal ini berimplikasi bahwa posisi dan kondisi sektor asuransi yang kuat dan robust menjadi sangat penting bagi seluruh pihak. Skala dan performa sektor asuransi yang baik akan meningkatkan cakupan serta kedalaman sektor tersebut dalam menjalankan fungsi dan perannya.

Studi literatur terkait pengaruh variabel-variabel makroekonomi terhadap premi bruto asuransi, baik jiwa maupun non-jiwa, berpusat di empat variabel utama, yaitu 1) Produk Domestic Bruto (PDB), 2) Nilai Tukar, 3) Suku Bunga, dan 4) Inflasi.

Baik di lini bisnis asuransi jiwa maupun non-jiwa, indikator PDB/Income menunjukkan indikasi kuat atas hubungan positif terhadap premi sektor asuransi. Studi yang berumur hampir 50 tahun lalu yang dilakukan oleh Fortune (1973) hingga studi terbaru yang dilakukan oleh Dragotă, Cepoi & Ştefan (2022) saling memperkuat temuan empiris yang menghubungkan income dan premi.

Meskipun begitu, terdapat bukti lain yang menunjukkan hubungan sebaliknya untuk region Asia serta hipotesa S-curve9 (Dragos 2014; Park & Lemaire, 2011). Di indikator lainnya, seperti Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi, hasil studi menunjukkan hasil yang cukup beragam, mengindikasikan bahwa metodologi serta sampel data sangat berperan penting dalam mempengaruhi hubungan antar keduanya.

Hasil estimasi dengan menggunakan panel data fixed-effects menunjukkan bahwa variabel-variabel makroekonomi berperan penting dalam menentukan performa premi dan klaim bruto. Hubungan antara variabel tersebut bervariasi, baik menggunakan pendekatan statis maupun dinamis.

PDB riil umumnya menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan terhadap premi bruto, begitu pula dengan inflasi dan suku bunga riil. Di sisi lain, nilai tukar menunjukkan hubungan yang negatif, menunjukkan bahwa nilai tukar yang tertekan dapat menurunkan pengeluaran masyarakat terhadap produk asuransi.

|Baca juga: Perusahaan Asuransi Tertua Polandia PZU Luncurkan Otomatisasi Klaim Digital 

Secara keseluruhan hubungan antara premi bruto dan variabel makroekonomi tidak memiliki perbedaan besar antara sampel OECD dan non-OECD, terkecuali pada variabel suku bunga riil. Kemampuan konsumen di negara-negara OECD, dengan literasi keuangan yang lebih superior, mampu mentranslasikan dampak suku bunga riil terhadap produk asuransi.

Sebaliknya, dengan literasi keuangan yang cukup terbatas, negaranegara non-OECD tidak merespons pergerakan dari variabel suku bunga riil. Dalam hal time response, secara umum, hanya dua variabel yang menunjukkan lasting impact terhadap premi bruto, yaitu PDB riil dan inflasi.

Untuk klaim bruto, hasil estimasi statis menunjukkan bahwa hampir serupa dengan hasil statis antara indikator makroekonomi dan total premi bruto, terkecuali untuk variabel tingkat suku bunga riil terhadap klaim bruto.

Di hasil estimasi dinamis, variabel makroekonomi tidak dapat menjelaskan pergerakan klaim dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh karakter klaim yang sulit diprediksi dan unique. Mengetahui hubungan serta dampak dari pergerakan variabel makroekonomi dapat memudahkan, berbagai stakeholder, dalam menavigasi serta mendorong pertumbuhan dan penguatan sektor asuransi.Terlebih lagi, ketika dunia sedang dilanda oleh berbagai guncangan dan volatilitas, baik yang berasal dari Covid-19 hingga konflik geopolitik.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Rekomendasi Destinasi Wisata di Jakarta yang Ramah Kantong
Next Post Fitch Sematkan Prospek Asuransi Kesehatan AS pada 2023 Netral

Member Login

or