Media Asuransi, GLOBAL – Saham-saham Wall Street ditutup beragam pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB). Kondisi itu dengan Nasdaq terpantau menguat menyusul menurunnya data kepercayaan konsumen dan barang tahan lama Amerika Serikat (AS).
Mengutip The Business Times, Rabu, 28 Februari 2024, indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 0,3 persen menjadi 38.972,41. Namun indeks S&P 500 berbasis luas naik 0,2 persen menjadi 5.078,18. Sedangkan indeks Komposit Nasdaq yang kaya akan teknologi naik 0,4 persen menjadi 16.035,30.
Conference Board melaporkan penurunan kepercayaan konsumen yang lebih besar dari perkiraan pada Februari. Hal itu karena peserta survei menyatakan kekhawatiran yang lebih besar terhadap pasar tenaga kerja dan lingkungan politik AS.
|Baca juga: 4 Rekomendasi Saham Hari Ini saat IHSG Rawan Longsor
Kepala Eksekutif Goldman Sachs David Solomon mengatakan pasar memperkirakan penurunan suku bunga Federal Reserve yang lebih sedikit pada 2024. “Pasar sedang terbebani pada kondisi yang sangat lunak. Dan ketika Anda melihat dampak polanya selama tiga atau empat tahun terakhir, sulit bagi saya untuk melihat akan sesederhana itu,” kata Solomon.
Dolas AS kesulitan tentukan arah
Di sisi lain, dolar AS kesulitan menentukan arah pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB), menjelang data penting yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang jalur kebijakan Federal Reserve. Sementara yen menguat setelah angka-angka mengkonfirmasi inflasi berada di atas target Bank of Japan (BoJ).
Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang terhadap sejumlah mata uang sejenis, termasuk yen, euro, dan sterling, turun 0,1 persen menjadi 103,67. Yen naik 0,25 persen menjadi 150,28. Pada pertengahan Februari, harga mencapai 150,88, level tertinggi sejak 16 November.
|Baca juga: Tinggalkan Great Eastern Life, Fauzi Arfan Gabung Chubb Life
Inflasi konsumen inti Jepang melampaui perkiraan, sehingga mempertahankan beberapa ekspektasi bahwa BOJ mungkin akan mengakhiri suku bunga negatif pada April. “Yen menguat setelah rilis tersebut, namun tidak terlalu tinggi mengingat posisi short yang besar dan besarnya aksi jual sejak awal tahun ini,” pungkas Ahli Strategi Valas ING Francesco Pesole.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News