Media Asuransi, JAKARTA – Pergerakan yield obligasi pemerintah sejak awal tahun cenderung sideways dan stabil. Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia, Ahmad Nasrudin mengatakan tren yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun cenderung sideways dengan dua kali kenaikan.
“Namun, secara keseluruhan, yield di 28 April 2025 masih lebih rendah akhir tahun lalu (6,997 persen). Yield sempat naik tajam di pertengahan Januari 2025 seiring dengan rencana Trump untuk mengenakan tarif terhadap Kanada, Meksiko dan China,” jelasnya kepada Media Asuransi, Sabtu, 3 Mei 2025.
|Baca juga: Walau Volatil, Dana Asing Masih Masuk ke Pasar Obligasi
Situasi tersebut jelas Ahmad, mendorong risk off di pasar keuangan global. Asing sempat membukukan jual bersih Rp9,08 triliun di pasar surat utang pemerintah selama 1-20 Januari 2025. Namun, setelah itu, imbuh Ahmad, mendekati akhir Januari 2025, mereka membukukan beli bersih Rp13,73 triliun selama 21-31 Januari 2025. Sehingga, secara neto, masih ada arus masuk ke pasar surat utang pemerintah selama Januari 2025.
Pasca-koreksi di pertengahan Januari, yield obligasi tenor 10 tahun kembali menurun dan berada pada titik terendah di pertengahan Februari 2025. Asing membukukan beli neto sebesar Rp8,86 triliun di bulan Februari.
Setelah itu, jelas Ahmad, sentimen kemudian menjadi lebih negative dan yield kembali naik. Persentasenya meroket pasca-pengumuman tarif resiprokal terhadap negara mitra. “Yield 10 tahun sempat menyentuh di atas 7,1 persen. Dan baru-baru ini, yield sedikit turun karena sentimen menjadi lebih stabil setelah Trump memutuskan untuk menunda tarif resiprokal ke negara mitra kecuali China,” pungkas Ahmad.
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News