1
1

BEDAH SAHAM: Obat Herbal Tingkatkan Stamina SIDO

Ilustrasi salah satu pabrik PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk | Foto: Doc

Media Asuransi – Permintaan atas produk obat & suplemen herbal (jamu) serta vitamin C dan minuman jahe, berdampak positif terhadap kinerja keuangan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).

Mengutip KS Company Update edisi 21 Oktober 2020 yang diterbitkan oleh PT Kresna Securities, penjualan obat dan suplemen herbal (jamu) emiten berkode saham SIDO itu tumbuh 23 persen qoq pada kuartal III/2020.

Senior Manager Research Analyst PT Kresna Securities Robertus Yanuar Hardy mengatakan, terlepas dari penerapan kembali PSBB di Jakarta pada awal September, penjualan produk obat & suplemen herbal (jamu) SIDO, yang berkontribusi 77-78 persen terhadap laba kotor perseroan, masih berhasil tumbuh sebesar 22,7 persen qoq pada kuartal III tahun ini, menjadi Rp519,1 miliar, dari hanya Rp423 miliar pada kuartal kedua.

BEDAH SAHAM: Efek Tak Bagi Dividen bagi GGRM

“Angka ini juga lebih tinggi dari pencapaian kuartal I yang hanya Rp500,2 miliar. Produk makanan & minuman, didukung oleh permintaan Vitamin C dan minuman jahe, melonjak di kuartal II, yang kemudian tumbuh 37 persen qoq dari pencapaian kuartal I, kemudian sedikit melemah, sebesar 6,8 persen qoq, di kuartal III,” jelasnya melalui riset yang dikutip Media Asuransi, Selasa, 3 November 2020.

Namun demikian, sambungnya, penurunan yang signifikan pada rasio opex dan rasio PPh badan yang lebih rendah berhasil menaikkan laba bersih SIDO Januari-September 2020 sebesar 10,8 persen yoy lebih tinggi, menjadi Rp640,8 miliar, dari Rp578,4 miliar pada 9 bulan 2019. “Pencapaian pendapatan/laba bersih ini menyiratkan tingkat berjalan 72,5 persen atau 77,5 persen dari perkiraan kami sebelumnya”.

Menurut Robertus, pertumbuhan kuat SIDO dalam penjualan jamu terutama disebabkan oleh pemulihan saluran penjualan perdagangan umum (general trade/GT) domestik, meskipun penjualan ekspor terus melemah. Terlepas dari kenyataan bahwa Malaysia menunjukkan peningkatan, dengan rata-rata penjualan bulanan sudah kembali ke level sebelum Covid-19, Filipina dan Nigeria belum menunjukkan pemulihan yang signifikan.

Pada bulan Agustus, perseroan mengirimkan ekspor pertama produk ‘Tolak Angin’ ke Arab Saudi. Dan efektif pada 14 September, dilakukan stock split, dengan rasio 1:2, yang kemudian meningkatkan rata-rata nilai perdagangan harian menjadi US$900.000 – US$1jt selama sebulan terakhir. “MSCI ESG meningkatkan peringkat SIDO menjadi A dari BBB, didorong oleh praktik tata kelola perusahaan yang unggul. Kami mengantisipasi pembayaran dividen interim Rp12,5-Rp13 per saham pada akhir bulan ini, yield 1,6 persen dari harga saat ini,” terang Robertus.

Rekomendasi

Mempertimbangkan bahwa saluran penjualan perdagangan umum SIDO mulai dibuka kembali, melayani orang-orang yang membutuhkan beragam produk sehat perusahaan –yang saat ini sangat diminati— Robertus berpandangan bahwa pertumbuhan yang berarti akan segera terjadi. “Dengan demikian, kami memproyeksikan pendapatan dan laba bersih perusahaan masing-masing akan mencapai Rp3,01 triliun dan laba Rp901 miliar pada tahun ini”.

Oleh karena itu, Kresna Securities mempertahankan peringkat BUY untuk SIDO, pada target harga Rp960 (potensi kenaikan 21,5 persen), menyiratkan 3,0 persen dari potensi imbal hasil dividen perkiraan 2021. “Target harga kami juga menyiratkan 32,0 kali atau 30,2 kali dan 9,0 kali atau 8,8 kali dari rasio 2020F/2021F P/E dan PBV masing-masing. Sama sekali tidak premium, menurut pendapat kami, untuk perusahaan dengan rasio pembayaran dividen rata-rata 95,1 persen (sebagaimana dibayarkan) selama 6 tahun fiskal terakhir. Target harga terbaru kami lebih tinggi dari 755 sebelumnya karena revisi naik proyeksi laba bersih 2020F dari sebelumnya Rp826 miliar,” jelas Robertus.

Adapun risiko investasi yang patut dicermati oleh investor adalah pertama, pendapatan yang lebih rendah dari Rp3,1 triliun atau Rp3,25 triliun pada 2020F/2021F. Kedua, laba bersih yang lebih rendah dari Rp901 miliar atau Rp953 miliar pada 2020F/2021F. Dan ketiga, dividend payout ratio yang lebih rendah dari 95-96 persen (yang dibayarkan) atas tahun fiskal 2020F/2021F.  ACA

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Peringati HUT ke-25, Prudential Luncurkan Buku
Next Post Bahana TCW: Efektivitas Stimulus Mulai Kelihatan

Member Login

or