Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan piutang pembiayaan multifinance akan tetap tumbuh positif hingga akhir 2025, meskipun penjualan kendaraan bermotor mengalami perlambatan. Optimisme ini didorong oleh strategi diversifikasi portofolio pembiayaan yang semakin kuat.
“Piutang pembiayaan multifinance diperkirakan tetap tumbuh positif hingga akhir 2025 meski penjualan kendaraan bermotor mengalami perlambatan,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman, dikutip dari jawaban tertulis RDKB, Selasa, 12 Agustus 2025.
|Baca juga: KSEI Catat Jumlah Investor Pasar Modal Capai 17,59 Juta hingga Agustus 2025
|Baca juga: BEI Sebut IHSG Pulih Lebih Cepat dari Bursa Global saat Dihantam Tarif AS
Hal ini, menurut Agusman, didorong oleh diversifikasi portofolio pembiayaan yang semakin kuat, seperti pembiayaan multiguna, pembiayaan produktif di sektor UMKM, dan pembiayaan berbasis ekosistem digital. “Potensi pertumbuhan piutang tetap terbuka seiring dengan penyesuaian strategi bisnis dengan kebutuhan pasar,” jelasnya.
Agusman menjelaskan peluang yang dapat dimanfaatkan multifinance antara lain digitalisasi proses pembiayaan, kolaborasi dengan ekosistem e-commerce dan ride-hailing yang memfasilitasi kepemilikan kendaraan bagi mitra pengemudi melalui skema pembiayaan kendaraan produktif terintegrasi dengan platform digital.
Selain itu, peluang lain yang bisa dimanfaatkan, lanjutnya, yakni pembiayaan kendaraan listrik yang sejalan dengan arah kebijakan transisi energi nasional. Ia menambahkan potensi pembiayaan sektor produktif, khususnya UMKM di daerah, dapat membuka ruang ekspansi baru untuk mendukung pertumbuhan piutang.
“Selain itu, potensi pembiayaan sektor produktif, terutama UMKM di daerah, membuka ruang ekspansi baru yang dapat mendukung pertumbuhan piutang,” jelasnya.
Meski demikian, Agusman mengingatkan industri multifinance masih menghadapi sejumlah tantangan. Risiko kredit, ketatnya persaingan, dan tingginya biaya dana menjadi pekerjaan rumah yang perlu diantisipasi.
|Baca juga: OJK dan Danantara Gelar Non-Deal Roadshow di Luar Negeri untuk Perkuat Pasar Modal RI
|Baca juga: Pasar Modal RI Tangguh, Bos OJK: 13 Perusahaan Siap IPO Senilai Rp16,65 Triliun!
“Di tengah peluang yang ada, industri multifinance dihadapi berbagai tantangan, antara lain risiko kredit terkait kemampuan membayar pinjaman oleh masyarakat, persaingan antarpelaku industri, serta perlunya efisiensi operasional di tengah tingginya biaya dana,” jelas Agusman.
Lebih lanjut, ia mengatakan, industri multifinance terus didorong untuk memperkuat manajemen risiko dan mengakselerasi transformasi digital secara terencana. “Guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan berkualitas,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News