1
1

Menata Arah Perguruan Tinggi Swasta yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan

Diskusi Urun Rembuk Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) LLDikti Wilayah III. | Foto: Universitas Paramadina

Media Asuransi, JAKARTA – Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III bersama Universitas Paramadina menyelenggarakan kegiatan Urun Rembuk Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) LLDikti Wilayah III. Kegiatan dengan tema “Menata Arah Perguruan Tinggi Swasta yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan” dihadiri oleh pimpinan PTS di wilayah DKI Jakarta, berlangsung di Universitas Paramadina, Kampus Cipayung, Jakarta Timur.

Kepala LLDikti Wilayah III, Henri Tambunan, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan urun rembuk ini hadir sebagai ruang diskusi mempertemukan gagasan dan aspirasi dari perguruan tinggi untuk merespon berbagai tuntutan seperti tuntutan peningkatan mutu, transformasi digital hingga penyelarasan lulusan terhadap dunia kerja.

“Kemajuan pendidikan tinggi tidak dapat dilakukan secara parsial. Perlu sinergi kuat antara pemerintah, perguruan tinggi, dan industri. Inilah wadah konstruktif kita untuk menyaring aspirasi dari para pimpinan PTS di DKI Jakarta,” kata Henri dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu, 31 Desember 2025.

|Baca juga: Pesan Menteri PUPR kepada Penerima Beasiswa LPDP: Berniatlah Kembali ke Tanah Air untuk Berikan Kontribusi Terbaik bagi Indonesia

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Umum Yayasan Wakaf Paramadina, Wijayanto Samirin, menyampaikan bahwa universitas sejatinya merupakan bentuk sociopreneurship. “Orientasinya bukan sekadar profit, tetapi dampak sosial dan peradaban,” ujarnya.

Dia menambahkan, agar PTS semakin berkembang, diperlukan kepastian iklim usaha dan regulasi yang lebih sederhana serta adil bagi sektor swasta pendidikan. “Kita ingin Indonesia punya perwakilan di universitas terbaik dunia. Universitas swasta harus difasilitasi agar bisa berkontribusi maksimal,” tuturnya.

Sementara itu Anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa Amalia, mengatakan bahwa posisi strategis PTS ialah sebagai mitra negara dalam memperluas akses dan pemerataan pendidikan tinggi. Dia pun menyoroti perlunya sinergi yang kuat antara pemerintah dan pengelola perguruan tinggi agar kebijakan tidak berhenti di tataran normatif, tetapi berdampak nyata di lapangan.

|Baca juga: Dukung Kualitas Pendidikan, Adhi Karya (ADHI) Resmikan Fasilitas PKN STAN

Sedangkan Direktur Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), Mukhamad Najib, dalam materinya memaparkan, bahwa Indonesia perlu lebih serius dalam berinvestasi pada pendidikan tinggi untuk menjadi negara maju pada 2045.

“Perlu sekali adanya roadmap jangka panjang agar perguruan tinggi dapat mencapai kelas dunia sehingga mampu mentransfer teknologi dan menghadirkan talenta global dalam meningkatkan kapabilitas inovasi bangsa,” tuturnya.

Lebih lanjut ia jelaskan, salah satu upaya mendorong terciptanya inovasi berdampak oleh PTS ialah dengan proporsi pendanaan penelitian oleh Kemdiktisaintek terhadap PTS yang mencapai 60 persen. “Porsinya sudah jauh meningkat dan lebih besar dari perguruan tinggi negeri (PTN),” ujar Mukhamad.

Namun, dia menekankan, hal tersebut bukanlah sebagai bentuk persaingan antara perguruan tinggi negeri dan swasta. “Kita mesti membuka paradigma bahwa keberadaan PTS ini sebagai peran kolaboratif dengan PTN melalui berbagai kerja sama tridharma,” tegasnya.

|Baca juga: Kominfo Dorong Perguruan Tinggi Ambil Peran Kembangkan SDM Digital

Mukhamad memberi contoh, kerja sama pendidikan dapat dijalankan antara lain dengan program fast track, misalnya studi S1 di PTS dan studi S2 di PTS, kemudian kerja sama pengembangan bahan ajar dan penjaminan mutu, dan pertukaran dosen dan mahasiswa. Sementara untuk kerja sama penelitian misalnya konsorsium riset dan join lab. Adapun kerja sama pengabdian masyarakat dapat diwujudkan melalui kegiatan KKN kolaboratif.

Menanggapi hal tersebut, Rektor Universitas Yarsi, Fasli Jalal, menyampaikan bahwa PTS juga memiliki keunggulan dalam fleksibiltas mengembangkan program studi aplikatif dan memiliki daya adaptasi terhadap kebutuhan dunia kerja. “PTS bukan sekadar pelengkap sistem, melainkan mitra strategis negara dalam menyiapkan sumber daya manusia unggul, inovatif, dan berdaya saing,” ujarnya.

Dia menegaskan bahwa kontribusi PTS terhadap pendidikan nasional sangat signifikan. “Dari sekitar 9,8 juta mahasiswa di Indonesia, 46 persen berada di PTS. Ini menunjukkan peran besar PTS dalam meningkatkan taraf hidup dan ekonomi keluarga melalui pendidikan,” kata  Fasli.

Selain itu, sebagian besar program studi dari berbagai disiplin ilmu juga diselenggarakan oleh PTS. Bahkan, menurut dia, rasio dosen dan mahasiswa di PTS saat ini lebih baik dibandingkan dengan PTN. “Dengan data tersebut, kontribusi PTS tidak bisa dipandang sebelah mata,” tegasnya.

Dalam kegiatan Urun Rembuk ini, dihasilkan agenda ke depan yang berfokus pada tiga hal yaitu: pertama, mengurangi kesenjangan kualitas antara PTN dan PTS. Kedua, meningkatkan daya saing perguruan tinggi Indonesia di tingkat nasional dan global. Ketiga, serta menciptakan ekosistem pendidikan tinggi yang lebih inklusif, kolaboratif, dan berorientasi pada keberlanjutan.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post KPEI Catatkan Penyelesaian Kliring di Atas 60% Per Hari di Sepanjang 2025
Next Post Presiden Xi Jinping Yakin Ekonomi China Tumbuh 5% di Tahun Ini

Member Login

or