Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI bersama Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) menegaskan komitmen industri untuk menjadi yang terdepan dalam era baru keuangan berkelanjutan.
Hal ini ditandai dengan langkah proaktif menjawab tantangan integrasi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dengan Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS S1 dan S2) yang akan segera diadopsi.
|Baca juga: AXA Financial Indonesia Siap Patuhi Regulasi Risk Sharing dari OJK
|Baca juga: Asing Ramai-ramai Cabut, AXA Financial Indonesia Justru Perkuat Investasi di SBN
Dalam konteks itu, BSI bersama Asbisindo, United Nations Development Programme (UNDP), dan United Nations Environment Programme Finance Initiative (UNEP Fl) menyelenggarakan Roundtable Discussion on ESG.
Forum strategis ini mempertemukan regulator OJK, Ikatan Akuntan Indonesia (IAl), serta pimpinan bank umum syariah dan unit usaha syariah untuk menyatukan langkah dan merumuskan strategi adaptasi industri. Kegiatan ini sekaligus menjadi momentum pembentukan kelompok kerja keberlanjutan di bawah Asbisindo.
Wakil Direktur Utama BSI Bob Tyasika Ananta mengatakan penerapan ESG bagi perbankan syariah bukan lagi sekadar pemenuhan kepatuhan, melainkan sebuah kebutuhan strategis yang mendesak.
“Penerapan ESG kini menjadi penilaian utama bagi investor global, lembaga rating, dan nasabah. Seiring dengan rencana OJK menyempurnakan POJK 51/2017 dan adopsi standar IFRS S1 & S2, pelaporan keberlanjutan harus terintegrasi penuh ke dalam strategi bisnis dan manajemen risiko,” ujar Bob, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 1 Oktober 2025.
|Baca juga: Begini Strategi Bank Mandiri (BMRI) Dorong Pekerja Migran Indonesia Jadi Wirausaha Tangguh
|Baca juga: AXA Financial Indonesia Bidik Pasar Asuransi Tradisional Lewat Produk Baru Future Protector
Dirinya menekankan perbankan syariah memiliki keunggulan fundamental karena nilai-nilai ESG sangat selaras dengan fondasi maqashid syariah, keadilan, keberlanjutan, dan kemaslahatan. Namun, lanjutnya, tantangan uniknya justru terletak pada aspek teknis dan konseptual.
Industri perlu menerjemahkan kontrak, struktur pembiayaan, serta prinsip etika syariah ke dalam metrik yang terukur dan diakui secara global sesuai kerangka IFRS. Bagi perbankan syariah, penerapan ESG sangat relevan karena nilai-nilainya sudah melekat dalam prinsip syariah.
Tantangannya adalah bagaimana mengubah nilai dasar itu menjadi sistem, kebijakan, dan metrik yang terukur agar diakui secara global. “Prinsip syariah yang sejak awal menekankan pada keberlanjutan dan menghindari mudarat memberi kita modal yang kuat untuk memenuhi standar global ini dengan narasi yang khas,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News