Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau BTN mencatat laba bersih sebesar Rp2,50 triliun hingga akhir Oktober 2025, naik 13,72% yoy dari sebelumnya sebesar Rp2,20 triliun.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, pencapaian positif tersebut merupakan hasil penerapan strategi dan proses bisnis yang konsisten dan menyeluruh, ditopang transformasi digital untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas pelayanan bagi nasabah.
“Pertumbuhan kredit dan pembiayaan BTN tetap on track sejalan dengan permintaan kredit yang terus meningkat stabil, terutama di pasar perumahan tapak menengah ke bawah serta segmen institusi atau korporasi,” ujar Nixon dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu, 26 November 2025.
|Baca juga: BTN (BBTN) Serap Habis Penempatan Dana SAL Rp25 Triliun, Siap Ajukan Tambahan Dana!
Secara rinci, pertumbuhan laba bersih didukung oleh kredit dan pembiayaan yang disalurkan BTN, mencapai Rp385,59 triliun hingga 31 Oktober 2025, naik 8,02% secara tahunan (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp356,96 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan positif untuk perolehan dana pihak ketiga (DPK), per akhir Oktober 2025 ada peningkatan DPK sebesar 13,70% yoy dari Rp372,10 triliun menjadi Rp423,08 triliun.
|Baca juga: BTN (BBTN) Optimistis Kredit Tumbuh 8,5% di 2025 Meski Permodalan Terdampak Spin-Off UUS
Dengan pertumbuhan kredit dan pembiayaan serta DPK tersebut, perusahaan berhasil mencatatkan kenaikan aset sekitar 10,79% yoy menjadi Rp503,48 triliun pada Oktober 2025, naik dari Rp454,44 triliun pada Oktober 2024. “BTN akan menjaga momentum positif ini hingga akhir tahun dengan didukung prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik,” ujarnya.
Nixon melanjutkan, selain ditopang oleh pertumbuhan segmen ritel melalui layanan digital superapp Bale by BTN, penghimpunan DPK juga didorong oleh meningkatnya segmen institusi terutama skala menengah dari sektor perumahan maupun sektor-sektor terkait lainnya.
Nixon mengungkapkan optimistis dapat mencapai target pertumbuhan kredit dan pembiayaan akhir tahun di sekitar 8-10%, terutama didukung oleh fokus penyaluran ke sektor perumahan melalui program subsidi pemerintah yakni KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Sejahtera dan Kredit Program Perumahan (KPP).
Editor: Wahyu Widiastuti
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
