Media Asuransi, JAKARTA – Imbauan DBS Group Research untuk berinvestasi penuh sejak awal tahun telah membuahkan hasil. Hal itu sebagaimana tercermin dalam kenaikan saham dan penurunan credit spread atau selisih antara imbal hasil obligasi korporasi dengan imbal hasil obligasi pemerintah yang berjangka waktu sama.
Pada triwulan kedua 2024, Chief Investment Officer DBS Hou Wey Fook menyebutkan, meskipun The Fed mengakui adanya kemajuan moderat pada inflasi dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Juni, namun The Fed menegaskan perlunya ekonomi yang lebih stabil sebelum penurunan suku bunga dapat dimulai.
|Baca juga: Program Infrastruktur Pemerintah Serap Tenaga Kerja 51.964 Orang hingga 20 Juni 2024
“Sementara para investor mempertimbangkan dampak dari suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dengan S&P 500 terus mencatat rekor tertinggi setelah penurunan mendadak pada April tahun ini,” kata Hou Wey Fook, dalam DBS CIO Insights 3Q24: Risk Assets In Play, Senin, 24 Juni 2024.
DBS Group Research mempertahankan pandangan pelonggaran kebijakan akan segera dilakukan dengan Fed Funds berjangka pada pemangkasan pertama di November hingga Desember. Dengan meredanya tekanan rantai pasokan secara global, kondisi inflasi tinggi dengan imbal hasil obligasi yang tinggi saat ini sebagian besar didorong oleh permintaan.
|Baca juga: Wall Street Bervariasi, Dolar AS Tergelincir
“Karena gambaran makro tetap kuat,” tukasnya.
Bahkan setelah penguatan di paruh pertama 2024, tambahnya, DBS Group Research percaya pasar saham akan tetap tangguh di paruh kedua tahun ini, didorong oleh ketahanan margin laba, prospek laba perusahaan yang positif, valuasi yang tidak terlalu tinggi, dan dukungan likuiditas dari basis moneter AS yang berkembang yang berkorelasi erat dengan S&P 500.
“Kendati tetap optimistis secara struktural pada saham-saham teknologi, DBS Group Research memperkirakan adanya penguatan pasar lebih lanjut,” ucapnya.
Dengan permintaan rumah yang tangga terus mendorong konsumsi, masih kata Hou Wey Fook, segmen-segmen berikut ini diprediksi meraih keuntungan dari situasi suku bunga yang higher-for-longer yakni:
Perusahaan big tech dengan kepemilikan kas yang besar
Perusahaan-perusahaan big tech yang beroperasi dengan inovasi dan teknologi terbaru dapat mencatat pertumbuhan pendapatan yang kuat di tahun-tahun mendatang (perkiraan pertumbuhan pendapatan sebesar 44 persen pada 2024 dan 19 persen pada 2025).
Perusahaan energi hulu dengan tingkat utang yang rendah
Permintaan akhir cenderung tetap stabil bahkan dalam lingkungan suku bunga tinggi karena permintaan yang tidak elastis dan ketidakpastian geopolitik.
Perusahaan keuangan berkapitalisasi besar dengan eksposur rendah terhadap real estate komersial
Kenaikan suku bunga dinilai positif untuk prospek margin bunga bersih bank karena pendapatan bunga cenderung naik lebih cepat daripada beban bunga pinjaman. Tetap berhati-hati terhadap bank-bank dengan eksposur besar terhadap real estat komersial.
“Secara keseluruhan, ketahanan ekonomi AS dan inflasi yang terus-menerus mendorong The Fed untuk mempertahankan kebijakan suku bunga. Namun demikian, DBS Group Research memperkirakan pasar saham akan terus berkinerja baik dan mempertahankan preferensi terhadap obligasi daripada saham yang memberikan dividen,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News