Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 6,3 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp1.438,1 triliun hingga kuartal III/2025.
Direktur Utama BRI Hery Gunardi mengatakan pertumbuhan kredit tersebut tidak lepas dari kondisi makroekonomi nasional yang relatif stabil di sepanjang tahun ini.
“BRI melihat prospek pertumbuhan ke depan akan semakin kuat, ditopang oleh penurunan biaya dana, perbaikan likuiditas, serta peningkatan permintaan kredit di sektor produktif dan konsumtif,” ujar Hery, dalam keterangan resmi yang dikutip Selasa, 4 November 2025.
Hery menegaskan, sebagai bank dengan fokus pada ekonomi kerakyatan, BRI konsisten menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor produktif, terutama segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Hingga September 2025, BRI telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp130,2 triliun kepada 2,8 juta debitur atau setara 74,4 persen dari total alokasi Rp175 triliun tahun ini. Selain KUR, BRI juga menyalurkan pembiayaan senilai Rp104,4 miliar untuk pembangunan Dapur Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai wilayah di Indonesia.
Perseroan juga mendukung program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP) melalui pendampingan koperasi dan layanan transaksi masyarakat lewat Agen BRILink.
BRI turut berpartisipasi dalam program pembiayaan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), dengan menyalurkan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) senilai Rp15,07 triliun kepada 110 ribu penerima hingga akhir September 2025.
Selain itu, BRI mengoptimalkan penempatan dana pemerintah sebesar Rp55 triliun yang bersumber dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) untuk pembiayaan di sektor produktif, dengan porsi terbesar disalurkan ke segmen mikro mencapai Rp28,08 triliun. Dari sisi kualitas kredit, BRI tetap menjaga prinsip kehati-hatian.
Direktur Manajemen Risiko BRI Mucharom menyampaikan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) berada di level 3,08 persen, dengan NPL Coverage Ratio mencapai 183,1 persen.
“Angka ini menunjukkan tingkat kewaspadaan dan kehati-hatian yang tinggi. Dengan coverage ratio yang sangat memadai, BRI mampu menjaga stabilitas neraca secara berkelanjutan sekaligus memberikan keyakinan kepada investor dan regulator,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
  
                                                      
                                           
                                           