Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa pada tahun 2024 lalu, kinerja intermediasi perbankan tumbuh positif dengan profil risiko yang terjaga. Pada November 2024, pertumbuhan kredit masih melanjutkan double digit growth sebesar 10,79 persen year on year (yoy), menjadi Rp7.717 triliun.
“Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 13,77 persen, diikuti oleh Kredit Konsumsi 10,94 persen, sedangkan Kredit Modal Kerja 8,92 persen,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dalam jumpa pers secara daring, Selasa, 7 Januari 2025.
|Baca juga: Kredit Perbankan Tumbuh 10,79% per November 2024
Ditambahkan bahwa jika ditinjau dari kepemilikan bank, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 12,41 persen yoy. Sedang jika berdasar kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 16,19 persen, sementara kredit UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) juga tetap tumbuh sebesar 4,02 persen.
Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh sebesar 7,54 persen yoy menjadi Rp8.835,9 triliun, dengan giro tumbuh sebesar 10,97 persen yoy, tabungan tumbuh sebesar 6,55 persen yoy, dan deposito tumbuh sebesar 5,57 persen yoy.
Sementara itu likuiditas industri perbankan pada November 2024 tetap memadai, dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) sebesar 112,94 persen dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) 25,57 persen. Keduanya masih di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen. Adapun Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 213,07 persen.
|Baca juga: OJK Minta Perbankan Cermati Risiko Pasar dan Risiko Likuiditas di 2025
Di sisi lain, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,19 persen dan NPL net sebesar 0,75 persen. Loan at Risk (LaR) juga menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 9,82 persen. Rasio LaR tersebut sudah lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019.
Secara umum, tingkat profitabilitas bank (ROA/return on assets) per November 2024 sebesar 2,69 persen, menunjukkan kinerja industri perbankan tetap resilien dan stabil. Ketahanan perbankan juga tetap kuat, tecermin dari permodalan (capital adequacy rasio/CAR) yang berada di level tinggi yaitu sebesar 26,92 persen, meskipun sedikit menurun didorong oleh pertumbuhan ATMR yang sejalan dengan pertumbuhan kredit. “Permodalan perbankan yang solid menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global,” tutur Dian.
Di sisi lain, porsi produk kredit buy now pay later (BNPL) perbankan tercatat sebesar 0,28 persen, namun terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan. Per November 2024 baki debet kredit BNPL tumbuh 42,68 persen yoy menjadi Rp21,77 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 24,51 juta.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News