Media Asuransi, JAKARTA – Generasi Z atau Gen Z sering memunculkan tren tertentu dalam beberapa aspek kehidupan. Dalam aspek keuangan, ada beberapa tren yang mereka terapkan seperti soft saving, slow living, hingga yang terbaru doom spending.
Mengutip laman Ruang Menyala milik OCBC, Rabu, 1 Januari 2025, tren pengelolaan uang yang disebut doom spending ini sudah merajalela di berbagai negara. Bahkan di Amerika Serikat (AS), fenomena ini banyak dilakukan oleh generasi muda, seperti Gen Z dan milenial.
|Baca juga: Ini Pentingnya Mengenal Logical Fallacy di Dunia Kerja
|Baca juga: Tren Kerja Jarak Jauh (Remote) Kian Populer di Asia Tenggara
Melansir Psychology Today, doom spending adalah istilah untuk perilaku seseorang yang berbelanja tanpa berpikir panjang dengan tujuan menenangkan diri dari rasa pesimistis terhadap masa depan. Pada dasarnya, doom spending merupakan perilaku membelanjakan uang untuk kesenangan jangka pendek dan instan.
Belanja dijadikan sebagai pelarian atas kekhawatiran mereka terhadap masa depan. Sebuah studi dari Credit Karma menyebutkan, sebanyak 43 persen generasi milenial dan 35 persen Gen Z menghabiskan uang untuk membuat diri mereka merasa lebih baik dan tenang.
Salah satu pemicu tren ini tentu saja adalah media sosial. Mereka merasa khawatir terhadap kondisi keuangan, tetapi memilih untuk belanja sebagai jalan keluar, alih-alih menabung. Menurut Dosen Keuangan di King’s Business School Ylva Baeckström, fenomena ini terjadi karena generasi muda selalu daring dan terus-menerus terpapar berita buruk.
|Baca juga: Survei Populix: Liburan Akhir Tahun Capai Puncak di Awal Januari 2025
|Baca juga: Tips Memilih Asuransi Perjalanan Terbaik ala Allianz
“Kondisi itu membuat mereka seperti sedang tertimpa bahaya. Tentu saja, praktik semacam ini tidak sehat dan berakibat fatal,” kata Baeckström.
Dampak doom spending
Doom spending sama dengan menghamburkan uang tanpa perhitungan dan perencanaan yang matang. Praktik ini tentu saja akan berdampak buruk bagi keuangan jika dibiarkan terus terjadi. Berikut ini beberapa dampak negatif doom spending bagi kondisi keuangan Gen Z dan milenial yakni:
Utang konsumtif
Doom spending cenderung membuat Gen Z tergoda untuk menggunakan kartu kredit, layanan paylater, atau pinjaman daring untuk memenuhi keinginan impulsif. Akibatnya, utang konsumtif menjadi sulit terkontrol, menyebabkan beban finansial yang terus bertambah dan sulit dilunasi. Hal ini juga berdampak pada skor kredit yang buruk di masa depan.
|Baca juga: Menjaga Kesehatan Financial dengan selalu mengevaluasi polis asuransi secara berkala
|Baca juga: Tax Due Diligence, Langkah Penting Sebelum Akuisisi Bisnis
Minimnya tabungan dan investasi
Pengeluaran yang tidak terencana akibat doom spending mengurangi kemampuan untuk menabung atau berinvestasi. Gen Z yang terus-menerus mengutamakan kepuasan sesaat biasanya mengabaikan alokasi dana untuk kebutuhan jangka panjang, seperti dana darurat, biaya pendidikan, atau investasi masa depan.
|Baca juga: Pengguna Mobil di Indonesia Didorong Memiliki Asuransi untuk Pelindungan Lebih
|Baca juga: Mobil Bekas atau Mobil Baru? 8 Hal Ini Perlu Jadi Pertimbangan
Stres keuangan jangka panjang
Dampak emosional dari doom spending sering kali tidak terhindarkan. Ketika Gen Z menyadari bahwa keuangan mereka mulai tidak sehat, hal ini dapat memicu stres, kecemasan, dan rasa bersalah. Tekanan ini membuat mereka semakin sulit untuk mengelola keuangan dengan baik, menciptakan siklus masalah finansial yang berulang.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News