Media Asuransi, JAKARTA — HSBC Global Research menilai Indonesia perlu mempercepat aksi penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) untuk memperkuat industri pasar modal dan menarik lebih banyak investasi.
Head of Equity Strategy Asia Pacific HSBC Global Research Herald van der Linde menyoroti minimnya emiten besar baru yang masuk bursa dalam beberapa dekade terakhir.
“Dulu di pertengahan 1990-an, saham kunci di Indonesia adalah Telkom dan Astra. Sekarang tidak banyak berubah. Akan bagus kalau ada lebih banyak perusahaan besar yang melantai,” ujar Herald, dalam media briefing, Jumat, 8 Agustus 2025.
|Baca juga: AASI Yakin Spin Off UUS Bikin Konsumen Percaya Diri dengan Asuransi Syariah
|Baca juga: Berikut Para Pemenang Sharia Convention and Awards 2025
Menurut Herald peningkatan jumlah emiten besar dapat memperluas pilihan investasi dan memperkuat daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor global. Ia mencontohkan India sebagai negara yang sukses mendorong gelombang IPO besar-besaran.
“Di India, hal ini difasilitasi oleh sistem investasi rutin seperti systematic investment plans, di mana masyarakat secara konsisten berinvestasi tiap bulan ke reksa dana atau rencana pensiun korporasi,” jelasnya.
Herald mengatakan tren serupa mulai terlihat di Indonesia, namun masih dalam tahap awal. Ia menilai percepatan perlu dilakukan, apalagi negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura semakin agresif menarik perusahaan untuk melantai di bursa mereka.
“Kalau tidak bergerak cepat, Indonesia bisa tertinggal dalam menarik modal,” ujarnya.
Selain itu, ia mengingatkan potensi persaingan yang lebih ketat dari Vietnam. Negara tersebut diperkirakan segera naik status dari frontier market menjadi emerging market. “Itu artinya Vietnam bisa menjadi pesaing serius dalam menarik dana di ASEAN. Indonesia harus membuat dirinya tetap menarik,” tegas Herald.
|Baca juga: OJK Jatuhi Sanksi soal Kredit Macet di Crowde, iGrow, dan TaniFund
|Baca juga: Bank Mega Syariah Komitmen Kembangkan Ekosistem Wakaf di Indonesia
Percepatan IPO, menurut Herald, tidak hanya bermanfaat untuk pasar modal, tetapi juga bagi perekonomian nasional. Dengan lebih banyak perusahaan go public, dana segar dari investor dapat digunakan untuk ekspansi bisnis, menciptakan lapangan kerja, dan memperluas kapasitas industri.
Ia juga menekankan perlunya kebijakan yang mempermudah proses IPO dan mendorong perusahaan swasta besar untuk mempertimbangkan pencatatan saham. “Ada perusahaan-perusahaan swasta yang potensial di Indonesia. Kalau mereka melantai, pasar akan menjadi lebih beragam dan likuid,” katanya.
|Baca juga: OJK Bakal Terapkan KPPE 1 dan KPPE 2, AASI: Kita Tunggu Detailnya Seperti Apa!
|Baca juga: OJK Ungkap Belum Ada Payung Hukum Khusus untuk Open Banking, Terus Apa Solusinya?
Dengan valuasi pasar yang masih menarik dan potensi pertumbuhan ekonomi yang solid, Herald menilai, percepatan IPO dapat menjadi salah satu strategi utama Indonesia dalam memenangkan persaingan modal di kawasan.
“Ini bukan hanya soal angka di indeks, tapi soal daya saing jangka panjang,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News