1
1

Plan Indonesia dan Citi Foundation Bersinergi Wujudkan Ketahanan Pangan di NTT

Bupati TTS Eduard Markus Lioe bersama Country Head of Public Affairs Citi Indonesia Hario Widyananto dan Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti meninjau kebun kelompok Semut Putih binaan program Youth-Led Agri-Food di Kec. Amanuban Timur, Kab. Timor Tengah Selatan, NTT. | Foto: Citi Indonesia

Media Asuransi, SOE – Kota Soe di Kabupaten Timor Tengah Selatan dikenal sebagai salah satu daerah dengan persentase stunting tertinggi (24,2 persen) di Nusa Tenggara Timur (NTT), berdasarkan data BPS NTT pada 2024.

Badan Pangan Nasional (BPN) juga mencatat secara umum NTT termasuk ke dalam daerah rentan pemanfaatan pangan, dengan populasi 21,86 persen balita (71.372 balita) yang underweight atau belum mencapai berat optimalnya, berdasarkan BPN pada 2025.

|Baca juga: Survei Manulife: Masyarakat Indonesia Lebih Mengutamakan Kualitas Hidup daripada Usia Panjang

|Baca juga: Bos BCA (BBCA): Dampak Tarif Resiprokal AS ke Kredit Manufaktur Masih Minim

Sejalan dengan ini, program Youth-Led Agri-Food (YLAF), yang dilakukan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) dengan dukungan penuh dari Citi Foundation, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi gizi serta peluang ekonomi di Soe.

Sebanyak 411 peserta YLAF yang terdiri dari 39 kelompok usaha, mengadakan panen raya dengan hasil 528 kg (setengah ton) sayur-mayur seperti sawi, pakchoy, brokoli, tomat, dan wortel, 84 kg telur ayam, dan sekitar 10 kg ikan lele.

Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti menjelaskan panen raya ini mencerminkan transformasi kaum muda di Soe selama setahun terakhir. Ia menyebutkan sebagian besar peserta YLAF tadinya tidak memiliki pengetahuan soal pertanian atau peternakan. Bahkan, ada juga dari mereka yang dulu sama sekali tidak memiliki penghasilan.

“Setelah mengikuti YLAF, mereka bisa mengelola usaha sendiri atau bergabung dengan kelompok, kemudian bisa menghidupi diri dan keluarganya,” ujar Dini, pada acara panen raya di Soe, dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat, 1 Agustus 2025.

Program pelatihan kewirausahaan agrikultur YLAF yang didukung oleh Citi Foundation tersebut dilaksanakan selama 2024-2025 di Soe, dengan target membekali setidaknya 400 kaum muda dengan kemampuan pertanian atau peternakan.

|Baca juga: Penyaluran Kredit SMBC Indonesia (BTPN) Sentuh Rp185 Triliun di Semester I/2025

|Baca juga: BPJS Kesehatan Dorong Masyarakat Manfaatkan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Country Head of Public Affairs Citi Indonesia Hario Widyananto menyampaikan keberhasilan panen raya melambangkan bagaimana kolaborasi yang baik antara para pelaku industri dengan organisasi kemanusiaan bisa membawa manfaat yang lebih luas kepada komunitas di sekitar.

Ia menambahkan Citi berkomitmen untuk berkontribusi aktif pada masyarakat di mana Citi berada, termasuk di Indonesia. Program YLAF merupakan salah satu upaya yang sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mendorong produktivitas pertanian dan peternakan, serta mendukung penguatan ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan.

“Selain membantu membangun sistem pangan yang lebih tangguh, kami berharap kolaborasi ini bisa mendorong semakin banyak pelaku industri lainnya untuk bersatu dan menemukan solusi inovatif dengan menciptakan peluang bagi kelompok marginal, termasuk kaum muda di Soe, guna merealisasikan potensi sebagai masyarakat yang produktif,” ujar Wiwid.

Hingga panen raya dilaksanakan, YLAF bersama Citi Foundation dan Citi Indonesia telah mendukung 411 kaum muda untuk membentuk usaha di bidang pertanian, ayam petelur, atau ikan lele. Sebanyak 1.008 orang tua dan kaum muda juga telah ikut dalam kegiatan pencegahan stunting yang dilaksanakan melalui sosialisasi bersama Puskesmas dan tokoh masyarakat setempat.

|Baca juga: Kemenkes: Platform Satu Sehat Jadi Jalan Tol Digitalisasi Kesehatan

|Baca juga:  |Baca juga: Bos BCA (BBCA): Dampak Tarif Resiprokal AS ke Kredit Manufaktur Masih Minim

Pada panen raya ini, hasil produksi dari para petani dan peternak muda (18-29 tahun) kemudian dijual melalui kios gizi yang dikelola mandiri oleh kaum muda, dijual kepada penjaja di sekitar, maupun dijual langsung kepada komunitas terdekat dari ladang.

Sebanyak 10 kios gizi atau tempat menjual hasil pangan telah dioperasikan oleh kaum muda selama program berlangsung.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Ditopang Kawasan Industri, Intiland (DILD) Cetak Pendapatan Usaha Rp1,2 Triliun di Semester I/2025
Next Post Wow! Chandra Asri (TPIA) Kantongi Laba Bersih US$1,6 Miliar per Juni 2025

Member Login

or