1
1

Survei HSBC: Perusahaan Makin Optimistis Perang Dagang AS–China Bawa Peluang ke Indonesia

Country Head Global Trade Solutions HSBC Indonesia Delia Melissa. | Foto: Media Asuransi/Fajrul Falah

Media Asuransi, JAKARTA — Survei HSBC Global Trade Pulse 2 menunjukkan mayoritas perusahaan menilai perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China justru membuka peluang bagi Indonesia sebagai negara alternatif tujuan investasi.

Country Head Global Trade Solutions HSBC Indonesia Delia Melissa mengatakan sebanyak 69 persen perusahaan melihat dampak positif dari tensi perdagangan tersebut, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 57 persen.

Delia menjelaskan ketika perang dagang diumumkan, negara yang paling terdampak adalah China. Kondisi itu memicu rekonfigurasi rantai pasok global, karena perusahaan global mulai mencari lokasi produksi baru.

“Jadi waktu perang dagang di-announce, of course negara yang ter-affected itu adalah China. Jadi kita melihat adanya rekonfigurasi supply chain, di mana perubahan rantai pasok global itu akan shifted ke negara alternatif,” kata Delia, di Jakarta, Selasa, 9 Desember 2025.

|Baca juga: BKSL, ISSP, JPFA, dan SMGR Direkomendasikan untuk Dibeli saat IHSG Uji Level 8.562

Menurut Delia Indonesia menjadi salah satu negara yang diincar sebagai relokasi manufaktur karena biaya sumber daya yang lebih kompetitif dan pasar domestik yang sangat besar.

“Negara alternatif, seperti Indonesia, itu well captured untuk mendapatkan investasi dan peluang bisnis. Kita juga melihat banyak perusahaan dari China dan banyak perusahaan investor global itu juga merelokasi manufakturnya dari China ke Indonesia,” ujarnya.

Ia menambahkan relokasi tersebut berpotensi meningkatkan investasi baru, memperluas kapasitas produksi, serta mendorong permintaan bahan baku dan logistik di Indonesia. Investor juga mempertimbangkan Indonesia karena barang buatan China menjadi lebih mahal ketika masuk pasar Amerika Serikat akibat tarif Trump.

Meski peluang terlihat besar, namun sebagian responden menilai ada risiko yang harus diantisipasi. Sebanyak 46 persen perusahaan memandang tarif dan ketidakpastian perdagangan dapat berdampak negatif bagi ekonomi global.

Selain itu, 73 persen perusahaan mengantisipasi kenaikan biaya produksi dalam dua tahun ke depan, sementara 67 persen perusahaan memperkirakan pendapatan tetap tumbuh pada periode yang sama.

Sebagai informasi, Survei HSBC Global Trade Pulse 2 dilakukan pada Oktober 2025 di 17 negara dengan melibatkan 6.750 perusahaan. Di Indonesia, terdapat 200 perusahaan responden yang terdiri dari perusahaan multinasional, perusahaan besar lokal, hingga perusahaan menengah.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post BKSL, ISSP, JPFA, dan SMGR Direkomendasikan untuk Dibeli saat IHSG Uji Level 8.562
Next Post 5 Negara Ini Jadi Pasar Utama Incaran Perusahaan Indonesia untuk Ekspansi Global

Member Login

or