Media Asuransi, JAKARTA – Reksa dana sering dianggap sebagai pintu masuk paling ramah untuk mulai berinvestasi. Praktis, tidak perlu modal besar, dan dikelola oleh manajer investasi profesional. Tidak heran, anak muda sekarang banyak yang melirik instrumen ini.
Namun, di balik kemudahan itu, ada sejumlah tantangan dan kesalahan klasik yang kerap dialami investor pemula. Menariknya, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga global. Menurut Global Retail Investor Outlook 2024 dari World Economic Forum (WEF), ada pergeseran besar menuju generasi muda yang semakin cepat belajar investasi.
|Baca juga: 4 Tips Jitu Menggunakan Pinjaman Digital dengan Bijak
|Baca juga: Mau Liburan ke Kuala Lumpur? Ini 4 Alasan Terbang via Bandara Subang Jadi Pilihan Cerdas
Artinya, generasi sekarang punya akses lebih luas pada literasi keuangan dan teknologi, namun tetap saja ada jebakan yang perlu diwaspadai. Mengutip Bank Neo Commerce, Minggu, 26 Oktober 2025, mari kita bahas tantangan umum yang sering dialami investor pemula:
1. Fear of Missing Out (FOMO)
Banyak anak muda tergoda ikut-ikutan tren tanpa benar-benar memahami produk investasi. Misalnya, hanya karena teman atau influencer bilang reksa dana saham lagi cuan besar, mereka langsung ikut tanpa mengecek apakah profil risikonya cocok. Contoh kasus: Seseorang dengan kebutuhan dana jangka pendek justru menaruh semua uangnya di reksa dana saham yang volatil. Ketika pasar turun, ia panik dan buru-buru tarik dana, akhirnya malah rugi. Sebaiknya, pahami dulu profil risiko pribadi. Kalau butuh stabilitas, pilih reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap. Kalau siap dengan fluktuasi, baru masuk ke reksa dana saham.
2. Menganggap investasi pasti membuat kaya
Banyak pemula percaya investasi sama dengan jalan pintas jadi kaya. Padahal, meski reksa dana lebih terdiversifikasi daripada saham langsung, tetap ada risiko. Nilai aset bisa naik-turun tergantung kondisi pasar. Mindset seperti ini bisa bikin kecewa ketika nilai reksa dana turun. Akibatnya, ada yang buru-buru tarik dana di saat harga sedang rendah, padahal kalau sabar mungkin bisa pulih lagi. Kamu bisa mulai ubah cara pandang. Investasi adalah perjalanan jangka panjang. Jangan hanya melihat satu bulan atau dua bulan, tapi lihat tren beberapa tahun.
|Baca juga: Bukan Sekadar Pajangan, Action Figure Ternyata Bisa Jadi Investasi Menggiurkan!
|Baca juga: Mau Keuangan Stabil? Saatnya Belajar Investasi Sejak Dini
3. Tidak Konsisten
Semangat di awal lalu cepat padam juga jadi masalah klasik. Banyak investor muda yang rajin top-up di bulan pertama, lalu berhenti setelah itu. Padahal, kunci reksa dana adalah konsistensi investasi. Bayangkan kamu menabung Rp500 ribu per bulan selama lima tahun. Dengan disiplin, bukan hanya modal yang terkumpul, tetapi ada efek compounding dari return yang dihasilkan. Kalau berhenti di tengah jalan, efek salju (snowball effect) jadi terputus.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
