Media Asuransi, JAKARTA – Perselisihan seorang pria Singapura Aden Wong dan istrinya asal Korea, Amy BMJ yang tinggal di Jakarta, mencuri perhatian netizen, beberapa hari terakhir. Amy menuduh bahwa suaminya berselingkuh dengan perempuan Indonesia dan menculik keempat anak mereka, termasuk bayi yang masih menyusui.
Sementara itu, Aden mengklaim bahwa sang istri menelantarkan dan memukul anak, sehingga ia merasa perlu mengamankan keempat anaknya.
Pengacara Aden, Hotman Paris Hutapea menyebutkan, setiap anak punya asuransi jiwa senilai SGD 4JT. Ini kemudian dicurigai menjadi motif kasus perebutan anak tersebut. Hotman Paris menduga Amy BMJ sengaja mencoba merebut kembali sang anak dari Aden Wong demi kepentingan pribadi.
|Baca juga: Penjelasan Lengkap OJK tentang Perusahaan Pialang Wajib Tingkatkan Permodalan
Melihat dari kasus tersebut, ada beberapa pelajaran asuransi yang bisa dipetik. Hal ini supaya kita dan orang di sekeliling terhindar dari permasalahan seperti ini. Dikutip dari akun Instagram resmi @ciciasuransi, Sabtu, 16 Maret 2024, berikut ini beberapa pelajaran yang dapat diambil dari permasalahan kasus Aden vs Amy tersebut.
Asuransikan orang yang tepat
Asuransi jiwa memberikan uang kepada keluarga saat seseorang tutup usia, untuk membantu membayar tagihan dan kebutuhan keluarga yang harus terus berjalan. Tujuannya agar keluarga terhindar dari masalah keuangan setelah kehilangan pencari nafkah.
Sebaiknya, asuransi jiwa diambil atas nama orang yang memiliki nilai ekonomis. Misalnya, orang tua dengan anak sebagai ahli waris, bukan sebaliknya! Ini dapat mencegah kecurigaan dan konflik di kemudian hari.
Pentingnya asuransi yang tepat untuk anak
Asuransi yang perlu dimiliki oleh anak yang belum bekerja adalah asuransi kesehatan dan asuransi pendidikan anak. Anak belum membutuhkan asuransi jiwa. Jika Anda memiliki anggaran lebih, sebaiknya alokasikan asuransi jiwa untuk orangtua yang menjadi pencari nafkah utama.
Transparansi dalam keuangan keluarga
Sang istri mengungkapkan bahwa dia tidak tahu anaknya diasuransikan dan tidak pernah terlibat dalam pengelolaan keuangan keluarga. Semuanya diurus oleh suaminya. Dengan berbagi informasi secara terbuka, suami dan istri bisa bekerja sama dalam membuat keputusan keuangan yang lebih baik dan mencegah konflik karena perbedaan persepsi atau kebingungan tentang keuangan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News