Media Asuransi, JAKARTA – Riset yang dilakukan oleh IFG Progress mengungkap bahwa kepemilikan asuransi bencana pada kelompok yang rentan seperti UMKM masih sangat rendah, sehingga peningkatan mitigasi risiko bencana melalui asuransi menjadi hal yang penting untuk terus dikembangkan.
Seperti dikutip dari Economic Bulletin-Issue 45 bertajuk Pemetaan Risiko Bencana Alam: Mendesak Peningkatan Early Warning System dan Asuransi untuk Mitigasi, yang dikutip, Minggu, 24 Maret 2024, Tim Riset IFG Progress menerangkan letak geografis dan perubahan iklim yang terus terjadi membuat Indonesia menjadi negara yang sangat rentan terhadap berbagai jenis bencana alam, yaitu meliputi tanah longsor, banjir, banjir bandang, gempa bumi, tsunami, gelombang pasang laut, angin puyuh/angin puting beliung/topan, gunung meletus, kebakaran hutan dan lahan, serta kekeringan.
|Baca juga: Harga Reasuransi Bencana Properti Diramal Turun 10%
“Bencana alam dapat menjadi ancaman serius bagi perekonomian negara, kerugian ekonomi akibat bencana alam bisa mencapai 0,66% hingga 3,45% dari PDB sampai dengan tahun 2030 jika tidak diantisipasi dengan serius.”
Berdasarkan perhitungan Indeks Bencana Alam di Indonesia, Provinsi dengan indeks bencana alam tinggi adalah Aceh, Jawa Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Nusa Tengga Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku Utara.
Sementara itu, sebaran Early Warning System (EWS) belum merata dan masih terpusat di wilayah yang memilki populasi dan aktivitas ekonomi yang tinggi yaitu Jawa dan Bali. Padahal, secara empiris, EWS terbukti memiliki hubungan positif dan signifikan dengan Produk Domestik Regional Bruto (GRDP) di Indonesia.
Editor: S. Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News