1
1

Usai Libur Panjang Lebaran, IHSG dan Rupiah Perdagangan Pagi Kompak Kebakaran

Ilustrasi.| Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa pagi atau usai libur panjang Lebaran bergerak di zona negatif. Para investor sebaiknya berhati-hati meski tak ditampik kondisi tersebut bisa menjadi kesempatan untuk mencari sejumlah saham yang terdiskon untuk diakumulasi.

IHSG Selasa, 16 April 2024, perdagangan pagi dibuka di 7.285 dan tak lama tertekan ke 7.091. Level tertinggi di 7.285 dan terendah di 7.079. Volume perdagangan pagi tercatat 1,410 miliar lembar saham senilai Rp2,06 triliun. Sebanyak 84 saham menguat, 322 saham melemah, dan 179 saham stagnan.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada perdagangan Selasa pagi atau sesudah libur panjang Lebaran terlihat melemah ketimbang penutupan perdagangan sebelum libur panjang Lebaran di Rp15.892 per US$. Mata uang Garuda belum mampu berbalik arah terhadap mata uang Paman Sam.

|Baca juga: Harga Minyak Tergelincir, Emas Global Menguat Tipis

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka melemah ke Rp15.914 per US$ dengan year to date return 2,92 persen. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp15.843 hingga Rp15.918 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di Rp16.008 per US$.

Wall Street melemah

Di sisi lain, saham-saham Wall Street berakhir lebih rendah pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB). Hal itu terjadi meskipun data ekonomi AS solid dengan penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran atas konflik di Timur Tengah.

Dow Jones Industrial Average berakhir di 37,735, turun 0,7 persen setelah mencatat penurunan 650 poin dari puncaknya di awal sesi. Indeks S&P 500 berbasis luas turun 1,2 persen menjadi 5.061. Sedangkan Indeks Komposit Nasdaq yang kaya akan teknologi turun 1,8 persen menjadi 15.885,02.

Sedangkan dolar AS mencapai level tertinggi sejak awal November terhadap sejumlah mata uang pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB), dan mengirim yen ke level terendah sejak 1990. Kondisi itu setelah penjualan ritel AS meningkat lebih dari perkiraan pada Maret.

Greenback menguat karena inflasi yang masih stagnan dan pertumbuhan yang kuat menyebabkan investor menunda ekspektasi mengenai kapan Federal Reserve kemungkinan mulai menurunkan suku bunganya. Bank sentral AS kini juga memperkirakan melakukan pemotongan lebih sedikit dibandingkan dengan sebelumnya.

“Data AS terus menunjukkan hasil yang lebih baik dan lebih baik dari perkiraan,” pungkas Kepala FX Global Jefferies Brad Bechtel, di New York.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post OJK Bubarkan Dana Pensiun Jasa Tirta II
Next Post Investor Disarankan Buy on Weakness pada Saham Big Caps

Member Login

or