1
1

Investor Disarankan Buy on Weakness pada Saham Big Caps

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama merekomendasikan investor saham dapat melakukan aksi buy on weakness pada beberapa saham big caps yang mengalami koreksi wajar jelang libur panjang Idul Fitri. Saham sektor komoditas juga layak diperhatikan.

Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengoleksi SUN. Investor dapat menambah porsi tenor jangka pendek sebagai langkah antisipasi risiko.

Melalui Weekly Mutual Funds Update yang dikutip, Selasa, 16 April 2024, Tim Riset Infovesta Utama memaparkan dalam sepekan terakhir kinerja IDX Composite (IHSG) bergerak bearish sebesar -0,03% ke level 7.286,88. Pemberat laju Indeks disebabkan oleh aksi profit taking yang dilakukan oleh investor jelang libur panjang hari raya Idul Fitri. Tercermin investor asing mencatatkan net sell pada pasar domestik sebanyak Rp11,41 triliun.

Dari kelompok saham, net sell terbesar terutama pada saham big four perbankan. Sejalan dengan itu, posisi top market laggards dicatatkan oleh BBRI (-6,61%), BMRI (-5,86%), dan BBNI (-10,17%).

|Baca juga: Investor Bisa Pilih Saham dengan Dividen Menarik

Sentimen dari domestik, rilis data S&P Global PMI manufaktur menunjukan peningkatan level ekspansi menjadi 54,2 poin pada Maret 2024 (vs 52,7 Feb 2024). Peningkatan level ekspansi menunjukan optimisme pada industri. Hal ini terutama disebabkan oleh momentum jelang hari raya Idul Fitri mendorong pesanan baru, serta memicu peningkatan harga barang. Rilis data cadangan devisa (cadev) yang kembali menyempit menjadi US$140,4 miliar pada Maret 2024 (vs US$144,0 miliar Feb 2024).

Penyempitan cadev terutama disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri dalam mata uang Dollar yang mengalami penguatan di tengah masih berlanjutnya ketidakpastian pasar global.

Sentimen dari global, dari China tertuju pada rilis data PMI yang kembali mencatatkan peningkatan level ekspansi. PMI Manufaktur (Act: 51,1 poin; Prev: 50,9 poin), PMI Servis (Act: 52,7 poin; Prev: 52,5 poin), dan PMI Komposit (Act: 52,7 poin; Prev: 52,5 poin). Peningkatan pesanan baru dan stimulus yang digelontorkan pemerintah China telah memicu pertumbuhan industri.

Dari AS, rilis data S&P Global manufaktur turun menjadi 51,9 poin pada Maret 2024 (vs 52,5 poin Feb 2024). Namun masih berada di level ekspansi. Pasokan persediaan yang masih tergolong cukup sehingga perusahaan menurunkan tingkat produksi, sejalan juga dengan pesanan baru yang melambat.

Selain itu, dampak dari kenaikan harga bahan baku, perusahaan menurunkan stok bahan baku untuk melakukan efisiensi terhadap COGS perusahaan. Pada pasar obligasi, Infovesta Gov. Bond Index naik +0,17% ke level 10.233,22.

Sentimen dari domestik yakni rilis data inflasi terbaru kembali naik ke level 3,05% yoy (vs 2,75% yoy pada Feb 2024). Namun masih terjaga di level target Bank Indonesia yakni 2,5 ± 1%. Sentimen dari global, pasar obligasi domestik dibayangi tren kenaikan yield US Treasury khususnya tenor 10-tahun yang naik 19 bps dalam sepekan ke level 4,39. Selain itu investor obligasi juga lebih wait and see menantikan rilis inflasi AS yang bertepatan dengan libur panjang Idul Fitri.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Usai Libur Panjang Lebaran, IHSG dan Rupiah Perdagangan Pagi Kompak Kebakaran
Next Post Musim Pemilu di Sejumlah Negara Tingkatkan Kekhawatiran Keamanan Global

Member Login

or