Media Asuransi, GLOBAL – Dolar AS naik tipis pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB), memulihkan sebagian kerugian yang dipicu oleh data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan. Kondisi itu setelah Federal Reserve memperkirakan hanya satu kali penurunan suku bunga pada tahun ini.
Mengutip The Business Times, Jumat, 14 Juni 2024, yen masih berada di bawah tekanan besar menjelang pertemuan Bank of Japan pada Jumat waktu setempat dan para pedagang bersiap menghadapi lebih banyak volatilitas dalam mata uang tersebut.
Aksi harga di pasar mata uang relatif tenang pada Kamis, dibandingkan dengan hari sebelumnya, ketika dolar sempat turun hampir satu persen setelah rilis data indeks harga konsumen (CPI), sebelum mengakhiri hari dengan kerugian 0,5 persen –masih merupakan kerugian terbesar dalam dua minggu.
|Baca juga: OJK Cabut Sanksi PKU Permodalan BMT Ventura Syariah
Harga konsumen AS pada Mei tidak berubah daripada April, berlawanan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 0,1 persen. “Saya merasa agak berlebihan, reaksi (terhadap) CPI itu. Rasanya melegakan karena keadaannya tidak lebih buruk. Dan itu yang memicu reaksi spontan yang kuat,” kata Ahli Strategi Pasar City Index Fiona Cincotta.
“Kami melihat aksi jual dolar berkurang ketika kami mendengar dari The Fed dan hari ini, trennya juga lebih tinggi. Di tengah cuaca dingin, mungkin angka inflasi tidak sedingin yang diperkirakan pasar pada awalnya,” tambahnya.
Inflasi meningkat pada tingkat tahunan sebesar 3,4 persen, masih jauh di atas target The Fed sebesar dua persen. Kemudian pada Rabu, Federal Reserve mempertahankan suku bunga pada level 5,25-5,5 persen dan proyeksi median para pengambil kebijakan mengenai jumlah pemotongan tahun ini turun menjadi hanya satu, dari tiga pada Maret.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
1 
1 
