1
1

Manulife IM Melihat Peluang Menarik di Tengah Siklus Penurunan Suku Bunga Global

Investor sedang mencermati pergerakan saham. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Manulife Investment Management (Manulife IM) menyampaikan suku bunga AS kemungkinan telah mencapai puncaknya. Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) diperkirakan bergabung dengan siklus pelonggaran global pada akhir tahun ini.

Inflasi diperkirakan akan sejalan dengan target The Fed, sementara lapangan kerja juga diperkirakan membaik. Di sisi lain, diperkirakan akan terjadi perlambatan dalam perekonomian AS, yang didorong kondisi sulit bagi dunia usaha dan konsumen.

Head of Asset Allocation Asia Manulife IM, Luke Browne, meyakini bahwa secara umum kondisi perekonomian global masih dalam kondisi yang baik. Pendorongnya masih dari ekonomi AS, didorong oleh kuatnya aktivitas konsumen, meskipun terjadi penurunan baru-baru ini.

|Baca juga: MAMI Sarankan Investor Berhati-hati Mengantisipasi Kebijakan The Fed

Di sisi lain, perekonomian Eropa, Jepang, dan China telah menunjukkan tanda-tanda stabilisasi dan perbaikan. “Terutama dengan adanya intervensi dari para pembuat kebijakan untuk mendukung sektor-sektor yang mengalami tantangan, seperti pasar properti di China,” kata Browne dalam webinar Manulife Investment Management 2024 Mid-year Regional Market Outlook, Selasa, 23 Juli 2024.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa nank sentral di negara maju seperti Swiss, Kanada, dan baru-baru ini Bank Sentral Eropa. telah menurunkan suku bunga selama beberapa bulan terakhir. Namun, The Fed AS lebih berhati-hati karena faktor inflasi yang terus berlanjut.

Walau demikian, Browne yakin inflasi akan menjadi stabil, sehingga memungkinkan The Fed menurunkan suku bunga menjelang akhir tahun. “Hal ini penting karena penurunan suku bunga dalam lingkungan pertumbuhan yang stabil dapat membuka nilai relatif di pasar,” jelasnya.

Dia memberi contoh, saham-saham berkapitalisasi kecil di AS yang memiliki leverage tinggi terhadap siklus suku bunga dan diperdagangkan dengan diskon valuasi relatif selama beberapa dekade, siap untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu, peluang menarik muncul di luar AS, baik di pasar maju maupun negara berkembang, khususnya di Jepang dan India.

Sektor energi dan komoditas juga perlu mendapat perhatian investor. “Kami mengamati peluang-peluang yang muncul di pasar-pasar ASEAN dan seiring dengan kemajuan kita melalui siklus pelonggaran, akan ada peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan,” tuturnya

 

Momentum Positif di Asia

Sementara itu Senior Managing Director, Chief Investment Officer Asia (ex-Japan) Fixed Income Manulife IM, Murray Collis, menyampaikan bahwa kinerja pasar surat utang di Asia menonjol dari tahun ke tahun, dibandingkan dengan kelas aset pendapatan tetap lainnya. Dia perkirakan kondisi ini akan terus berlanjut hingga akhir tahun, memberikan pendapatan yang menarik dan potensi keuntungan modal bagi investor.

|Baca juga: MAMI: Perekonomian Indonesia akan Tumbuh Stabil

Menurut dia, ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed, serta Pemilu di seluruh Asia yang sejauh ini tidak memberikan dampak signifikan terhadap obligasi Asia. Di sisi lain, meskipun obligasi tingkat investasi AS terkena dampak negatif dari penundaan pemotongan suku bunga oleh The Fed, kinerja investasi pasar surat utang di Asia lebih baik karena fundamental yang kuat.

“Dari perspektif pasar surat utang Asia, kami memperkirakan momentum positif pada kelas aset akan terus berlanjut hingga paruh kedua, didukung oleh kuatnya permintaan investor untuk memenuhi perkiraan peningkatan penerbitan baru bruto. Fundamental perekonomian Asia tetap tangguh dan terus mendorong pertumbuhan global,” kata Collis.

 

Peluang Pertumbuhan

Meskipun inflasi di sebagian besar negara Asia terkendali, tantangan yang terus-menerus akibat kenaikan suku bunga AS telah membatasi konsumsi dan investasi di perekonomian kawasan ini. Walau demikian, Senior Portfolio Manages Equities Manulife IM, Marco Giubin, percaya bahwa meredanya hambatan yang dikombinasikan dengan tren revisi pendapatan yang meningkat untuk Asia, kecuali Jepang, dan valuasi yang menarik, dapat mendorong potensi pemeringkatan ulang pasar saham Asia.

Menurutnya, saham-saham Asia saat ini diperdagangkan pada rasio price-to-earnings (P/E) yang diproyeksikan sekitar 12 kali lipat perkiraan pendapatan mereka untuk tahun 2025, dengan tingkat pertumbuhan pendapatan yang diharapkan lebih dari 15 persen. Sebaliknya, saham-saham AS diperdagangkan pada proyeksi rasio P/E yang jauh lebih tinggi, yaitu 21 kali lipat perkiraan pendapatan tahun 2025, dengan perkiraan tingkat pertumbuhan pendapatan yang sedikit lebih rendah yaitu sebesar 14 persen.

“Pasar saham Asia tampaknya menawarkan nilai yang lebih menarik, sehingga memberikan potensi yang lebih tinggi kepada investor pertumbuhan pendapatan pada harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pasar saham AS,” kata Giubin.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post AASI Kembali Gelar SICA
Next Post Generasi Milenial Minati Mobil Bekas, Tren Baru di Pasar Resale Mobil Indonesia

Member Login

or